Cesium-137 adalah isotop radioaktif hasil sampingan reaksi nuklir. Zat ini berisiko meningkatkan potensi kanker dalam paparan jangka panjang.
Liputan6.com, Jakarta Cesium-137 merupakan isotop radioaktif hasil reaksi nuklir, termasuk dari uji coba bom, operasi reaktor, maupun kecelakaan nuklir. Unsur ini dapat tersebar di udara, tanah, maupun pangan dalam kadar sangat kecil. Jika makanan terkontaminasi zat ini dan dikonsumsi secara terus-menerus, cesium-137 bisa menumpuk dalam tubuh.
“Ada kemungkinan jenis kontaminasi itu berasal dari daur ulang peralatan medis lama yang mengandung cesium-137. Wadah transportasi yang terkontaminasi atau metode pengiriman, seperti truk, kapal atau material bersama juga bisa menjadi sumbernya,” kata pakar nuklir dari Georgia Institute of Technology, Steve Biegalski.
Otoritas kesehatan menegaskan kadar kontaminasi yang terdeteksi masih jauh di bawah ambang batas yang membutuhkan perlindungan kesehatan. Namun, pemantauan tetap diperlukan agar tidak terjadi paparan berulang dalam jumlah besar.
Dilansir dari Independent, cesium-137 sendiri dapat menimbulkan dampak kesehatan jika paparan terjadi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, para ahli menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap rantai pasok makanan agar masyarakat terlindungi dari potensi bahaya zat radioaktif ini.
Risiko Kesehatan Jangka Panjang
Meski kadar yang ditemukan masih rendah, paparan cesium-137 dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Isotop ini berpotensi menumpuk di tubuh dan meningkatkan risiko kanker tertentu bila terakumulasi.
“Meski risikonya kecil, paparan berulang dalam jangka panjang bisa menjadi serius karena dapat meningkatkan kemungkinan kanker,” kata Biegalski.
Ia menekankan bahwa setiap temuan zat radioaktif di makanan, meskipun rendah, tetap perlu diawasi ketat oleh otoritas kesehatan.
Adinda Retno Aryani, Benedikta DesideriaTim Redaksi