Liputan6.com, Jakarta Menjalin komunikasi dengan anak yang beranjak remaja perlu teknik tertentu. Alih-alih menghakimi, orangtua perlu menjadi pendengar yang baik.
"Yang paling penting adalah siap berbicara, baik anak maupun orangtua. Tapi lebih penting lagi adalah siap mendengarkan. Kalau orangtua tidak menyiapkan telinganya, anak bisa mencari telinga di luar. Dan itu sangat berbahaya ketika anak bertemu orang yang salah di tempat yang salah," kata Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN, Uni Kuslantasi, S.Ag., M.Psi, secara daring dari Jakarta, Senin (29/9/2025).
Uni juga menekankan bahwa orangtua masa kini perlu menyesuaikan pola asuh dengan kondisi zaman dan karakter anak, mengingat tantangan yang dihadapi remaja saat ini sangat kompleks.
Dalam paparannya, Uni juga mengajak orangtua untuk mengenali kepribadian anak sejak dini, baik dari sisi bawaan genetik maupun pengaruh lingkungan (watak pembelajaran).
"Watak bawaan memang dari gen, tapi pengaruhnya kecil. Justru lingkungan keluarga yang membentuk watak pembelajaran itu sangat dominan. Maka, tugas kita adalah mengenali dan membimbing, bukan menuntut anak menjadi seperti yang kita inginkan," jelasnya.
Lebih lanjut, Uni menyampaikan pesan strategis dalam mendampingi remaja.
“Silakan lakukan apapun, tapi tentukan goal-mu lebih dulu. Bahas dan diskusikan dengan orangtua. Kemudian, jalani dengan tiga batasan: aturan Tuhan, aturan negara, dan norma masyarakat. Kuncinya tetap diskusi. Jangan lupa, fondasi utama tetap nilai agama dan moral," ujarnya.