
KETEGANGAN antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencuat dalam percakapan telepon pada Jumat lalu, yang menurut sejumlah sumber berlangsung sangat panas.
Axios melaporkan, Trump memarahi Netanyahu dengan bahasa kasar setelah sang perdana menteri dianggap meremehkan langkah Hamas yang menyatakan kesediaan membebaskan seluruh sandera sebagai bagian dari proposal perdamaian yang diusulkan Washington.
Percakapan itu terjadi tak lama setelah pengumuman Hamas. Meski kelompok tersebut belum menyatakan secara publik kesiapan melucuti senjata, sumber Al Arabiya menyebut pada Minggu (5/10) bahwa Hamas sedang bersiap ke arah itu.
Trump menilai perkembangan tersebut sebagai peluang diplomatik besar dan langsung menghubungi Netanyahu untuk membahasnya.
Namun respons Netanyahu disebut justru dingin dan pesimistis. Menurut sumber Axios, Netanyahu berkata, "Langkah tersebut tidak ada artinya dan bukan sesuatu yang perlu dirayakan," katanya.
Komentar itu memicu kemarahan Trump. "Saya tidak tahu kenapa kau selalu negatif sialan. Ini kemenangan. Terima saja," jawab Trump kepada Netanyahu, mengutip pernyataan pejabat Amerika Serikat yang memahami isi pembicaraan tersebut.
Pada Sabtu malam, pejabat Israel mencoba meredakan isu tersebut dengan menyatakan bahwa Netanyahu dan Trump sepenuhnya sejalan. Namun sumber dari pemerintah AS membenarkan bahwa percakapan Jumat itu berlangsung tegang dan Trump terlihat sangat kesal.
Sebelumnya, Trump mendesak Israel menghentikan operasi militernya di Gaza, serta mengusulkan agar Hamas membebaskan seluruh sandera yang tersisa dalam waktu 72 jam setelah Israel menarik pasukannya ke garis yang telah disepakati.
Israel diketahui telah menyetujui kesepakatan pertukaran tahanan, tetapi belum memberikan respons resmi atas seruan penghentian serangan di Gaza.
Sementara itu, perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas terkait gencatan senjata dijadwalkan dimulai di Mesir pada Senin (6/10).
Upaya diplomatik tersebut muncul di tengah tekanan global yang meningkat terhadap kebijakan militer Israel, menyusul tingginya jumlah korban jiwa sipil di Jalur Gaza. (I-3)