Washington (ANTARA) - Presiden AS Donald Trump pada Jumat (3/10) mengatakan bahwa Hamas harus menerima 20 poin rencana perdamaian di Jalur Gaza paling lambat Senin (6/10) pukul 05.00 WIB atau "segala neraka, yang belum pernah dilihat oleh siapa pun sebelumnya, akan melanda Hamas."
Dalam unggahannya di Truth Social, Trump mengatakan bahwa kelompok perlawanan Palestina itu akan diberi "satu kesempatan terakhir."
Dia juga mengatakan bahwa "negara-negara di Timur Tengah serta wilayah sekitarnya, bersama dengan AS, dengan disertai penandatanganan oleh pihak Israel, telah sepakat untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah setelah 3.000 tahun."
Trump juga mendesak warga Palestina untuk segera meninggalkan daerah-daerah sangat berbahaya dan pindah ke wilayah Gaza yang lebih aman.
"Semua orang akan dirawat dengan baik oleh mereka yang sedang menunggu untuk membantu," katanya.
Pada Senin (29/9) lalu, pemerintahan Trump mengumumkan proposal berisi 20 poin setelah Trump mengadakan pembicaraan dengan pemimpin Israel Benjamin Netanyahu yang sedang berkunjung ke Gedung Putih.
Rencana itu menguraikan kesepakatan gencatan senjata untuk ditukar dengan pemulangan para sandera, penarikan pasukan Israel secara bertahap, demiliterisasi Gaza, dan pengawasan internasional atas rekonstruksi serta tata kelola Gaza pascakonflik. Hamas tidak akan disertakan dalam struktur pemerintahan.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel menghentikan operasi militer dan mundur. Dalam 72 jam setelah menerima perjanjian, Hamas wajib memulangkan semua sandera. Sebagai imbalan, Israel membebaskan 250 tahanan seumur hidup serta 1.700 warga Gaza yang ditahan pasca 7 Oktober 2023.
Anggota Hamas yang telah dilucuti senjatanya dan berkomitmen untuk hidup berdampingan secara damai akan diberi amnesti, dan mereka yang ingin meninggalkan Gaza akan dapat pergi dengan aman ke negara-negara penerima.
Dalam konferensi pers usai pertemuannya dengan Trump, Netanyahu menyatakan dukungannya terhadap rencana tersebut dan menyebut rencana itu memenuhi tujuan utama Israel, yakni pemulangan para sandera, pelucutan kemampuan militer Hamas, penghapusan kehadiran politik Hamas, serta jaminan demiliterisasi Gaza.
Netanyahu memperingatkan bahwa Israel akan "menuntaskan tugas ini sendiri" jika Hamas menolak rencana itu. Sementara, Trump menjanjikan "dukungan penuh" bagi Israel jika hal tersebut terjadi.
Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.