Jadi intinya...
- "Menuju Pelaminan" adalah drama romantis budaya Jawa-Minang, tayang 16 Oktober 2025.
- Film ini mengeksplorasi pernikahan beda budaya melalui road trip penuh konflik dan tawa.
- Kisah Fajar dan Rahma diuji tradisi, menempuh perjalanan dari Yogyakarta ke Padang.
Liputan6.com, Jakarta Film Menuju Pelaminan (The Road to Marriage) siap tayang di bioskop pada 16 Oktober 2025 dan menjadi salah satu karya yang paling dinanti oleh pencinta drama romantis dengan sentuhan budaya Indonesia. Film ini menghadirkan kisah yang bukan sekadar tentang cinta dua insan, melainkan tentang benturan nilai, perjalanan batin, dan perjuangan melintasi batas adat yang membentuk identitas masyarakat kita.
Mengangkat latar cerita antara dua keluarga dari budaya berbeda, Jawa dan Minang, Menuju Pelaminan menawarkan alur road trip penuh konflik, tawa, dan pelajaran hidup. Dengan narasi yang ringan tetapi sarat makna, film ini membawa penonton untuk menyaksikan bagaimana cinta diuji oleh tradisi, serta bagaimana perbedaan bisa menjadi jalan menuju pemahaman yang lebih dalam.
Melalui perpaduan sinematografi yang menawan, karakter yang hidup, dan pesan sosial yang kuat, film ini menjanjikan pengalaman menonton yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menggugah emosi. Menuju Pelaminan tidak hanya bercerita tentang pernikahan, namun juga perjalanan spiritual menuju kesepahaman antarmanusia — dan mungkin, pelajaran bagi siapa pun yang sedang meniti jalan cinta di tengah perbedaan.
1. Dari Ide hingga Produksi: Kolaborasi Budaya dan Teknologi
Film Menuju Pelaminan lahir dari kolaborasi kreatif antara sineas muda dan lembaga produksi nasional yang ingin menghadirkan kisah lokal dengan daya tarik universal. Ide cerita muncul dari fenomena sosial tentang pernikahan beda budaya yang kerap memunculkan dilema emosional, namun jarang diangkat dalam bentuk film perjalanan. Dari sinilah lahir gagasan untuk menggabungkan unsur drama keluarga dan road movie, yang kemudian dikembangkan menjadi proyek film berskala nasional.
Proses produksinya dimulai pada akhir 2024, melibatkan berbagai pihak dari dalam dan luar negeri. Tujuannya bukan hanya untuk menciptakan hiburan, tetapi juga menjadikan film ini wadah promosi budaya dan pariwisata Indonesia. Pendekatan modern pun diterapkan dengan menggabungkan sistem produksi virtual agar proses syuting lebih efisien dan tetap mempertahankan visual yang autentik.
Keputusan untuk menggarap film ini sebagai drama perjalanan lintas budaya menunjukkan keberanian industri film nasional dalam mengeksplorasi tema sosial yang relevan. Dengan dukungan teknologi, lokasi menawan, dan naskah yang kuat, film ini berhasil menyatukan nilai tradisi dengan kemajuan modern dalam satu karya yang utuh.
2. Sinopsis: Perjalanan Cinta Fajar dan Rahma Menuju Pelaminan
Cerita film ini berfokus pada pasangan Fajar Prawiro dan Rahma Mineli yang bertekad untuk melangsungkan pernikahan meski datang dari latar budaya yang berbeda. Hubungan mereka yang awalnya indah harus diuji ketika keluarga masing-masing mulai memperdebatkan adat yang akan digunakan dalam prosesi pernikahan. Perselisihan semakin pelik ketika kakek Rahma menolak pernikahan dilakukan tanpa kehadiran langsungnya, memaksa keluarga Fajar untuk menjemputnya secara pribadi.
Perjalanan darat pun dimulai dari Yogyakarta menuju Padang Pariaman, menempuh jarak hampir dua ribu kilometer dengan menggunakan sebuah van tua. Dalam perjalanan panjang itu, setiap anggota keluarga menunjukkan kepribadian, prinsip, dan cara pandang yang berbeda terhadap cinta, keluarga, dan budaya. Dari pertengkaran kecil hingga momen kebersamaan yang menyentuh, perjalanan ini menjadi cermin tentang arti toleransi dan kompromi dalam kehidupan nyata.
Sepanjang perjalanan, film ini mengajak penonton untuk menertawakan sekaligus merenungkan bagaimana cinta harus beradaptasi di tengah benturan tradisi. Adegan demi adegan menggambarkan bahwa cinta bukan sekadar perasaan, melainkan proses memahami satu sama lain di tengah perbedaan yang tak bisa dihindari. Akhir cerita dibiarkan menggantung, seolah ingin mengajak penonton menilai sendiri: apakah cinta mereka benar-benar sampai ke pelaminan?
3. Karakter dan Pemeran: Dinamika Keluarga di Tengah Perbedaan
Karakter Fajar Prawiro, seorang pria Jawa yang tegas dan idealis, diperankan dengan kuat oleh Bhisma Mulia. Sementara Maizura memerankan Rahma Mineli, gadis Minang yang lembut namun berprinsip teguh terhadap nilai-nilai keluarganya. Keduanya membentuk poros utama cerita yang dipenuhi konflik emosional, cinta, dan kesetiaan pada budaya masing-masing.
Film ini juga didukung oleh deretan aktor kawakan seperti Cut Mini, Whani Darmawan, dan Derry Oktami, yang menghadirkan dinamika khas keluarga Indonesia. Setiap karakter memiliki peran unik yang mencerminkan realitas masyarakat, mulai dari yang keras mempertahankan adat, hingga yang mencoba mencari jalan tengah. Kebera...