Liputan6.com, Jakarta Film Jembatan Shiratal Mustaqim yang diproduksi Dee Company akan tayang di bioskop Indonesia mulai 9 Oktober 2025. Salah satu pemainnya, Rory Asyari. Ia sebagai Malik, ayah satu anak yang terjebak kasus korupsi.
Yang dikorup tak main-main, yakni dana bantuan untuk warga terdampak bencana. Terdengar familier? Ya, Jembatan Shiratal Mustaqim bukan sekadar horor melainkan bentuk kegelisahan atas maraknya kasus korupsi di negeri ini.
Karenanya, kala ditawari peran Malik, Rory Asyari langsung jatuh hati pada naskahnya. Ia juga mengecek rekam jejak rumah produksi Dee Company yang telah melahirkan sejumlah film box office dari Siksa Neraka hingga Vina: Sebelum 7 Hari.
“Karena pertama, PH-nya respectfull, besar dan menghasilkan film-film box office. Terakhir, Vina: Sebelum 7 Hari (5,8 jutaan penonton) dan Norma: Antara Mertua dan Menantu. Ketika aku dikasih kepercayaan untuk ikut film ini, i said yes,” kata Rory Asyari.
Diakui sang produser, Manoj Punjabi, KKN di Desa Penari ini merupakan salah satu film horor yang memiliki budget cukup tinggi. Bahkan mengalahkan film drama yang pernah dibuatnya.
Korupsi Dalam Film dan Kehidupan Nyata
Dalam wawancara eksklusif bersama Showbiz Liputan6.com, di Jakarta, baru-baru ini, Rory Asyari memberi sorotan khusus ke cerita pejabat korup dalam skrip Jembatan Shiratal Mustaqim yang digarap Erwanto Alphadullah.
“Selama ini kita melihat film horor gitu-gitu saja. Tapi ini, cerita yang menurutku dalam, menceritakan bagaimana pejabat korup, mengorupsi dana bantuan untuk masyarakat yang terdampak bencana dan itu terjadi di dunia nyata,” ujarnya.
Ketika Menteri Tersandung Korupsi
“Saya meriset salah satu menteri yang tersandung kasus korupsi. Ingat banget menteri ini diusulkan untuk divonis mati. Kedua, korupsi alat kesehatan di era pandemi Covid-19,” bintang film Lampir menjelaskan.
Rory Asyari mengecek sejumlah arsip kasus korupsi alat kesehatan di era pandemi Covid-19 hingga haji. Menumpuknya kasus korupsi di republik ini membuat Rory Asyari mengurut dada. Karenanya, ia bersuara. Salah satunya lewat film.
Malik dan Sistem Yang Busuk
Lewat Jembatan Shiratal Mustaqim, Rory Asyari dan kawan-kawan mengingatkan para pejabat korup bahwa masyarakat mengawasi dan sejak lama menolak diam. Yang tak kalah penting, ada Tuhan Sang Mahamelihat. Malik sebenarnya orang yang tak berniat korupsi.
“Dia ada di dalam sistem. Ini kejadian di banyak pejabat kita yang orangnya baik begitu masuk ke dalam sistem yang (maaf) busuk atau karena atasannya busuk, dia jadi ikut busuk. Tapi, dalam hatinya sebenarnya enggak mau melakukan itu,” Rory Asyari membeberkan.