Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia atau BPI, Gunawan Paggaru, merespons program pertukaran budaya yang digelar di Fuzhou, Tiongkok, 22 hingga 26 September 2025, sejalan dengan ajang Silk Road International Film Festival tahun ini.
Kini, pertukaran budaya tak lagi dipandang sebagai agenda hiburan atau seremonial. Program ini menjelma jembatan untuk membangun saling pengertian di tengah keragaman. Yang bikin bangga, Indonesia memegang peran krusial dalam pertukaran budaya di Fuzhou, Tiongkok.
Pasalnya, Indonesia salah satu tamu kehormatan. Insan film Sandra Sumbing dan Anggi berpartisipasi seraya menyampaikan kekaguman terhadap Fuzhou. Selain lanskap, keramahan warga lokal dan kelezatan kuliner tradisional jadi daya tarik kota tersebut.
Ini bukti budaya bukan hanya untuk kerja sama di bidang kesenian, tapi juga pariwisata hingga industri kreatif. Pertukaran ide dan pengalaman membuat peserta program pertukaran budaya pulang dengan pemahaman baru.
Kerjasama riset orang utan antara Rutgers University, New Jersey dan Universitas Nasional, Jakarta, telah berlangsung sejak 2011. Ratusan mahasiswa melakukan riset di stasiun penelitian orang utan Tuanan, Kalimantan Tengah. Program akademis ini menja...
Akar Budaya Indonesia dan Tiongkok
Masyarakat Indonesia punya filosofi di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Ini ajaran tentang pentingnya menghormati budaya di mana pun kita berada. Semangat itu dibawa dalam setiap interaksi internasional.
Dengan menghargai budaya orang lain, kita menjunjung persahabatan dan menciptakan perdamaian. Lewat keterangan resmi yang diterima Showbiz Liputan6.com, Jumat (3/10/2025), Gunawan Paggaru berbagi perspektif.
“Akar budaya antara Indonesia dan Tiongkok telah terjalin sejak lama.” Ia lalu menyinggung fenomena pada awal tahun 2000-an. Televisi Indonesia diwarnai serial epik seperti Angling Dharma dengan rating dan share menjulang.
Resonansi Budaya
Dalam hal narasi dan treatment produksi, ia punya kedekatan dengan kisah-kisah Tiongkok daratan, serta terbukti digemari penonton. “Itu menunjukkan adanya resonansi budaya yang menjadi dasar kuat bagi lahirnya kolaborasi-kolaborasi baru di masa depan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyorot partisipasi Indonesia sebagai Country of Honor di SRIFF 2025. Ini bukan hanya pengakuan atas posisi penting perfilman Indonesia di kancah global, tapi juga komitmen membangun kerja sama jangka panjang dengan negara-negara sahabat.
BPI Bersama Kementerian Kebudayaan RI
Karenanya, BPI bersama Kementerian Kebudayaan RI mendukung. Indonesia menegaskan kesiapan untuk memperkuat produksi film, distribusi, pertukaran talenta, serta diplomasi budaya.
Dengan besarnya populasi negara-negara Silk Road, peluang ini dapat jadi jalan bersama menuju lahirnya karya-karya film yang tak hanya mendunia, tapi juga mengakar pada budaya masing-masing bangsa.