Langkah hati-hati ini dinilai jadi sinyal bahwa kelompok produsen minyak terbesar dunia itu tak ingin gegabah menambah pasokan di tengah bayang-bayang permintaan yang masih lemah.
"Pasar mengharapkan peningkatan yang agak lebih besar dari OPEC+ seperti yang ditunjukkan dalam struktur minggu lalu," kata Janiv Shah, Analis di Rystad.
"Namun, produksi 137.000 barel per hari yang sederhana ini akan menggembungkan saldo pasokan yang sudah berlebih untuk kuartal keempat tahun 2025 dan 2026," imbuhnya.
Dalam pertemuan akhir pekan lalu, OPEC+ yang mencakup negara-negara pengekspor minyak utama dan sekutunya seperti Rusia sepakat menaikkan produksi sebesar 137.000 barel per hari mulai November. Jumlah itu sama dengan kenaikan pada Oktober, menunjukkan sikap moderat di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan global.
Menjelang keputusan itu, muncul perbedaan pandangan di internal kelompok. Rusia mendorong kenaikan yang terbatas untuk menghindari tekanan harga, sementara Arab Saudi disebut lebih agresif, ingin menggandakan bahkan melipatgandakan peningkatan produksi guna merebut kembali pangsa pasar.
Menurut analis PVM Oil Associates, Tamas Varga, keputusan moderat ini juga mempertimbangkan kondisi pasar yang sedang dibanjiri pasokan baru dari berbagai sumber, seperti ekspor Venezuela, dimulainya kembali aliran minyak Kurdi lewat Turki, hingga masih banyaknya minyak Timur Tengah yang belum terjual untuk pengiriman November.
Arab Saudi pun memilih tak mengubah harga jual resmi minyak Arab Light ke Asia, meski banyak pihak memperkirakan akan ada penyesuaian kecil. Ekspektasi itu memudar karena premi minyak Timur Tengah sudah turun ke level terendah dalam hampir dua tahun.
Beberapa analis memprediksi, musim pemeliharaan kilang di Timur Tengah dalam waktu dekat bisa membantu menahan harga agar tak jatuh lebih dalam. Shah dari Rystad menambahkan, faktor lain seperti penimbunan minyak oleh China, risiko geopolitik, serta jalur perdagangan yang tidak efisien turut menopang harga.
Namun, sentimen permintaan masih menjadi momok. Data Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan stok minyak mentah, bensin, dan sulingan AS naik lebih tinggi dari perkiraan pada pekan yang berakhir 26 September 2025.
“Jika kita melihat peningkatan produksi yang lebih stabil, penurunan harga minyak mungkin dapat terkendali. Saat ini, banyak hal bergantung pada apakah ekonomi AS dapat kembali berakselerasi selama sisa tahun 2025 dan memasuki tahun 2026, yang akan sangat membantu permintaan,” ujar Chris Beauchamp, Kepala Analis Pasar di IG Group.
Sementara itu, menurut Bloomberg, keputusan OPEC+ yang lebih moderat ini merupakan bagian dari strategi baru setelah bertahun-tahun melakukan pemangkasan tajam. Tujuannya, untuk secara perlahan merebut kembali pangsa pasar dari pesaing seperti produsen minyak serpih di Amerika Serikat.
Scott Shelton dari TP ICAP Group menyebut harga miny...