Sebuah bunga mirip bunga bangkai yang mengeluarkan bau busuk mendadak tumbuh di pekarangan seorang warga Gamping, Sleman, Herbudi (60). Bunga itu berwarna merah tua dengan diameter sekitar 52 sentimeter dan tinggi 72 sentimeter.
Herbudi mengaku pertama menemukan bunga tersebut pada Senin (6/10) sore saat sedang membersihkan halaman. Area tempat bunga itu tumbuh biasanya hanya ditanami pisang dan kelengkeng.
“Kemarin mau tak cabut, tapi nggak jadi. Aku foto aja, terus tak unggah. Ini kan di dekat tanah-tanah biasa, jadi kayak jamur gitu kan. Siang nggak bau, malam bau,” ujarnya saat ditemui Pandangan Jogja, Selasa (7/10).
Ahli Sebut Masih Kerabat Dekat Bunga Bangkai Raksasa
Peneliti Rafflesia dari Universitas Bengkulu, Prof Agus Susatya, menjelaskan bunga tersebut dikenal sebagai bunga suweg (Amorphophallus paeoniifolius).
Meski sering disamakan dengan bunga bangkai raksasa di Kebun Raya Bogor, keduanya berbeda jenis namun masih satu keluarga dalam genus Amorphophallus.
Menurut Agus, bunga ini sering menimbulkan rasa heran karena tampak muncul tiba-tiba. Padahal, pertumbuhannya melalui dua fase panjang: fase daun (vegetatif) dan fase bunga (generatif).
“Bunga itu mungkin sekitar satu sampai dua minggu, lalu layu dan hilang. Bukan mati, hanya istirahat. Setelah itu muncul lagi fase daun,” jelasnya.
Pada fase vegetatif, tanaman ini menumbuhkan daun besar untuk memperbesar umbi di dalam tanah. Setelah energi umbi cukup, barulah bunga muncul. Karena siklusnya panjang, warga kerap mengira bunga ini muncul mendadak.
Agus menambahkan, persebaran bunga suweg juga unik karena bijinya sering terbawa hewan pemakan buah.
“Bisa jadi bijinya terbawa hewan, kemudian tumbuh di tanah yang lembap. Saat daunnya muncul orang tidak sadar. Begitu berbunga, baru dikira muncul tiba-tiba,” ungkapnya.
Umbinya Bermanfaat untuk Penderita Diabetes
Agus menegaskan, kemunculan bunga suweg tidak berkaitan dengan mitos tertentu. Faktor utama yang memengaruhi pertumbuhannya adalah kelembapan tanah.
“Kalau mitos jarang ya, tidak banyak menyelimuti itu. Biasanya tumbuhnya di daerah lembap,” ujarnya.
Meski dikenal karena bentuk dan baunya yang khas, bunga suweg memiliki nilai ekonomi tersendiri. Umbinya mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik rendah dan bermanfaat bagi penderita diabetes.