Khartoum (ANTARA) - Lebih dari 1.200 keluarga di Sudan mengungsi akibat banjir di Kota Bahri, Negara Bagian Khartoum, kata Organisasi Imigrasi Internasional (IOM) pada Minggu (5/10).
Badan PBB tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa banjir tersebut menghancurkan lima rumah dan menyebabkan sebagian besar rumah mengalami kerusakan sebagian.
Lembaga itu juga mengatakan banyak keluarga lainnya meninggalkan daerah itu untuk mengantisipasi kemungkinan kerusakan akibat banjir, sementara para pengungsi mencari perlindungan di lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Baca juga: 95 tewas akibat kelaparan dan penyakit di kamp pengungsi di Sudan
Baru-baru ini, beberapa wilayah di Sudan mengalami banjir akibat naiknya permukaan air Sungai Nil dan beberapa anak sungainya, Sungai Nil Putih, yang mengalir dari Danau Victoria, dan Sungai Nil Biru, yang mengalir dari dataran tinggi Ethiopia.
Lebih dari 125 ribu orang telah terkena dampak hujan dan banjir di Sudan sejak 30 Juni, menurut statistik pemerintah.
Sudan biasanya mengalami hujan lebat selama musim hujan, dari Juni hingga Oktober, yang sering memicu banjir tahunan cukup luas.
Banjir tersebut melanda Sudan di tengah perang yang terjadi antara tentara dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang merupakan kelompok paramiliter sejak April 2023. Perang tersebut telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang mengungsi.
Sumber: Anadolu
Baca juga: PBB minta bantuan cari dalang dibalik serangan ke personel kemanusiaan
Baca juga: Sudan tuding paramiliter RSF dalang pengeboman masjid di El Fasher
Penerjemah: Katriana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.