
KASUS kanker di kalangan usia muda terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menimbulkan kekhawatiran di kalangan dokter dan pasien. Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa tren ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh bertambahnya jumlah penderita baru, melainkan karena deteksi yang kini dilakukan lebih dini dan lebih sering.
Studi yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine menunjukkan bahwa lonjakan kasus kanker usia muda sebagian besar dipicu oleh kemajuan teknologi skrining serta perubahan pedoman pemeriksaan. Dari 33 jenis kanker yang dianalisis, 14 di antaranya menunjukkan peningkatan pada setidaknya satu kelompok usia muda.
Para peneliti menyoroti delapan jenis kanker dengan kenaikan tercepat di bawah usia 50 tahun, yaitu kanker tiroid, anus, ginjal, usus halus, kolorektal, endometrium, pankreas, dan mieloma. Meski kasusnya meningkat, angka kematian akibat sebagian besar kanker tersebut tidak menunjukkan lonjakan berarti.
Menariknya, meskipun insiden kanker payudara invasif dan kanker ginjal meningkat di kalangan wanita muda, tingkat kematian akibat keduanya justru menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Dr. H. Gilbert Welch, salah satu penulis studi, tren ini lebih mencerminkan peningkatan intensitas pemeriksaan medis ketimbang wabah kanker baru.
“Sebenarnya tidak ada lebih banyak kanker di luar sana. Kami hanya menemukan hal-hal yang selalu ada. Hal ini sangat berlaku pada kanker tiroid dan ginjal,” ujar Welch dikutip dari NBC News (6/10).
Peningkatan deteksi ini berjalan seiring dengan perubahan pedoman skrining. Tahun lalu, usia pemeriksaan pertama untuk kanker payudara diturunkan dari 50 menjadi 40 tahun. Sementara sejak 2021, skrining kanker usus besar disarankan dimulai pada usia 45 tahun, bukan lagi 50.
Perubahan kebijakan ini membuat lebih banyak orang muda terdeteksi memiliki tumor pada tahap awal, bahkan sebelum gejala muncul. Namun, para ahli menilai skrining bukan satu-satunya penyebab.
Dr. Ahmed Jemal dari American Cancer Society menegaskan bahwa faktor gaya hidup juga berperan besar.
“Kenaikan tingkat insiden tidak bisa sepenuhnya dijelaskan oleh skrining. Pola makan, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik turut menjadi faktor penting,” ujarnya.
Para ahli sepakat bahwa kemajuan teknologi deteksi dini membawa manfaat besar, tetapi mereka juga mengingatkan pentingnya keseimbangan antara skrining yang efektif dan gaya hidup sehat untuk menekan risiko kanker di usia muda.