
PEMERINTAH menegaskan ambisinya menjadikan Jakarta sebagai kota berdaya saing global. Melalui kolaborasi dengan Eastern Regional Organization for Planning and Human Settlement (EAROPH), arah pembangunan kota diarahkan pada tata ruang berbasis manusia, integrasi transportasi publik, dan regenerasi kawasan perkotaan.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut, kota masa depan harus mampu menghadirkan kenyamanan hidup sekaligus menjadi magnet bagi talenta dan investasi global.
“Kita harus belajar dari kota-kota maju di dunia yang bukan hanya membangun gedung, tapi juga menciptakan ruang hidup yang manusiawi dan inovatif,” ujarnya dalam The 54th Earoph Regional Conference dikutip dari Antara, Senin (6/10).
Menurut AHY, pemerintah menerapkan dua strategi utama, yakni Transit Oriented Development (TOD) untuk memperkuat integrasi transportasi dan urban regeneration guna menata ulang kawasan lama agar lebih produktif dan inklusif.
“Penataan kota tidak boleh menimbulkan ketimpangan. Modernisasi harus membawa kesejahteraan, bukan hanya mempercantik skyline,” tegasnya.
Transformasi Berbasis Manusia
AHY menjelaskan, konsep people first development menjadi prinsip utama. AHY menegaskan, pembangunan kota tidak bisa berhenti pada infrastruktur fisik, melainkan harus menciptakan ekosistem sosial dan ekonomi yang memungkinkan masyarakat tumbuh di dalamnya.
“Pembangunan kota adalah tentang manusia yang tinggal di dalamnya, bukan sekadar bangunan yang berdiri di atasnya,” katanya.
Ia juga menyoroti kesenjangan sosial yang masih terlihat di Jakarta, kawasan kumuh berdampingan dengan gedung pencakar langit. “Kita masih melihat wajah kemiskinan kota. Ini yang harus kita tangani melalui kebijakan regenerasi dan perumahan terjangkau,” tambahnya.
EAROPH: Jakarta Harus Naik Kelas
Presiden EAROPH Indonesia Andira Reoputra menegaskan, Jakarta kini tak cukup bersaing di level ASEAN.
“Jakarta harus naik kelas ke level kota global seperti New York dan Sydney,” ujarnya.
Menurutnya, ambisi masuk 50 besar kota global menuntut sinergi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat. EAROPH, kata Reo, tengah menyiapkan rekomendasi kebijakan strategis untuk memperkuat arah pembangunan kota berkelanjutan di Indonesia.
“Pembangunan kota berkelanjutan hanya bisa terwujud lewat kolaborasi. Tidak ada kota maju yang tumbuh sendirian,” tambahnya.
Proyek Percontohan dan Pembiayaan Hijau
Kawasan Tanah Abang menjadi model awal penerapan urban regeneration dan TOD. Kolaborasi antara Pemprov DKI, BUMD Sarana Jaua, dan KAI diarahkan untuk menata ulang kawasan tanpa relokasi paksa, dengan konsep hunian vertikal rendah dan food hub yang memperkuat ekonomi lokal.
Baik pemerintah maupun EAROPH sepakat bahwa pembangunan kota berkelanjutan memerlukan pendanaan yang inovatif. Selain anggaran pemerintah, green financing dan pinjaman berkelanjutan akan menjadi tulang punggung pembiayaan kota masa depan.
“Pembangunan tidak boleh berhenti di beton dan aspal. Kita harus menciptakan ekosistem sosial dan ekonomi yang memungkinkan masyarakat tumbuh di dalamnya,” tutur Reo yang juga Dirut Perumda Sarana Jaya, BUMD milik Pemprov DKI.
Sinergi untuk Masa Depan Urban Indonesia
Forum EAROPH yang dihadiri panelis dari Australia, Jepang, Malaysia, dan Filipina ini menandai langkah konkret Indonesia menuju transformasi urban global.
Melalui sinergi kebijakan dan kolaborasi lintas sektor, Jakarta diharapkan bisa naik kelas menjadi kota berdaya saing dunia.
“Kota global bukan soal gedung tinggi, tapi tentang kualitas hidup manusia di dalamnya,” tutup Reo. (Z-10)