
HASIL survei terbaru Center of Economic and Law Studies (Celios) menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat lebih membutuhkan beasiswa dibandingkan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Temuan ini pun menambah sorotan terkait efektivitas dan dampak kebijakan MBG terhadap sektor pendidikan nasional.
Direktur Kebijakan Publik Celios, Media Wahyudi Askar mengungkapkan bahwa program MBG berpotensi menimbulkan trade-off dengan pos anggaran pendidikan. Menurutnya, sebagian dana MBG bersumber dari anggaran pendidikan yang seharusnya dialokasikan untuk mendukung program beasiswa mahasiswa.
"Beberapa kampus sudah mengalami pengurangan alokasi biaya beasiswa untuk mahasiswa, bahkan mencapai 50%. Ketika program MBG tidak tepat sasaran, maka sektor lain seperti pendidikan menjadi korban," kata Media dalam acara peluncuran MBG Watch di Jakarta, Selasa (7/10).
Celios mencatat bahwa masyarakat sebenarnya lebih menginginkan bentuk bantuan yang langsung dirasakan manfaatnya.
Dalam survei tersebut, responden diminta memilih lima jenis bantuan, di antaranya bantuan tunai (cash transfer), beasiswa pendidikan, bantuan kesenangan anak, bantuan kebutuhan pendidikan, dan program MBG. Hasilnya, MBG menempati posisi terakhir dalam preferensi masyarakat.
"Kalau orang tua diberi pilihan, mereka lebih memilih bantuan tunai dan beasiswa," ujar Media.
Celios juga melakukan simulasi terhadap nilai ekonomi dari anggaran MBG. Hasil estimasi menunjukkan bahwa jika dana program tersebut dialihkan menjadi bantuan tunai, masyarakat miskin dapat menerima sekitar Rp50 ribu per hari, jauh lebih besar dibandingkan nilai manfaat MBG yang hanya sekitar Rp10 ribu per porsi.
"Kalau program ini diganti dengan cash transfer, penerima bisa memperoleh manfaat lima kali lipat lebih besar,” jelasnya.
Celios berencana merilis laporan evaluasi komprehensif terkait efisiensi dan dampak program MBG dalam beberapa minggu ke depan.
Sebelumnya, Celios juga telah menyoroti adanya potensi ketidaktepatan sasaran dan pemborosan anggaran dalam pelaksanaan program tersebut. (H-3)