Liputan6.com, Jakarta Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana ada gangguan suplai darah ke otot jantung yang disebabkan ada penyumbatan pada pembuluh darah koroner. Kondisi ini menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi jadi terhambat seperti disampaikan dokter Ronaldi SpJP Subsp.KI(K) FIHA FAPSC dari RS EMC Pulomas.
Mengenai faktor penyebab Ronald mengatakan hal itu terbagi menjadi dua. "Pertama, faktor risiko atau bawaan. Seperti usia lanjut, jenis kelamin dimana laki-laki lebih berisiko mengalami PJK," tuturnya dalam Healthy Monday bersama EMC dalam memperingati World Heart Day 2025 pada Senin, 29 September 2025.
Faktor kedua risiko PJK adalah terkait gaya hidup seperti mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, koleseterol. Lalu, memiliki penyakit komorbid seperti darah tinggi, hiperkolesterol, diabetes.
"Ini sebenarnya faktor yang bisa kita modifikasi. Kalau punya penyakit komorbid seperti diabetes, darah tinggi, hiperkolesterol, itu sebaiknya perlu mengontrol agar PJK bisa dicegah sedini mungkin," pesan Ronald.
Gejala Penyakit Jantung Koroner
Bila penyakit jantung koroner tidak dikendalikan maka bisa berujung pada komplikasi salah satu yang banyak dikenal orang adalah serangan jantung.
Gejala serangan jantung yang paling khas itu adalah angina pectoris, yakni rasa tidak nyaman atau nyeri di dada. Rasa nyeri ini bisa timbul di dada kiri, bisa menjalar ke lengan kiri bahkan tembus hingga ke belakang.
"Kondisi ini memberat vila ada aktivitas," katanya.
Berikut gejala lain dari serangan jantung:
- Sesak napas atau kesulitan bernapas
- Rasa berdebar-debar atau ketidaknyamanan bahkan disertai keringat dingin
- Gejala lain yang tidak khas adalah rasa nyeri yang bisa menjalar ke rahang
- Nyeri ulu hati yang tidak sembuh bahkan dikira sakit lambung
- Pada kondisi berat, bisa sampai terjadi penurunan kesadaran atau pingsan.
Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Ronald mengatakan ada berbagai macam pengobatan pada penyakit jantung koroner. Yakni.
1. Modifiksi Gaya Hidup
"Dengan pola hidup sehat, itu merupakan langkah yang lebih baik," katanya.
Modifikasi gaya hidup yang dimaksud diantaranya dengan makan makanan dengan nutrisi seimbang, berolahraga secara rutin 3-5 kali seminggu, tidak merokok, mengelola stres.
2. Obat-Obatan
Pada pasien jantung koroner dengan komorbid maka dokter akan meresepkan obat sesuai kebutuhan pasien. Misalnya pada darah tinggi maka akan diberi obat antidarah tinggi, lalu kolesterol tinggi akan diberikan antikolesterol.
Kemudian pada pasien yang memiliki diabetes maka dokter jantung akan bekerja sama dengan dokter penyakit dalam dalam pengobatan penyakit tersebut.
Lalu, dokter juga akan memberikan obat lain termasuk pengencer darah. "Ini diberikan untuk mencegah penyumbatan yang lebih berat," kata Ronald.
3. Terapi Invasif
Salah satu terapi invasif pada PJK adalah PCI (Percutaneous Coronary Intervention) atau yang dikenal juga dengan coronary angioplasty. Ini merupakan prosedur terapi yang dilakukan untuk membuka penyempitan stenotic, pembuluh darah arteri jantung pada kasus penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh terjadinya penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
"Jadi, step pertama adalah melakukan angiografi untukmenilai seberapa beratsumbatan, dimana sumbatan. Itu akan menentukan langkah selanjutnya," jelas Ronald.
Pada tahap selanjutnya bisa ditiup dengan balon (angioplasti koroner) atau mungkin perlu dilakukan pemasangan stent.