Pakar Ungkap Cara CERDIK agar Kanker Payudara Bisa Disembuhkan 100 Persen

Liputan6.com, Tangerang - Memasuki bulan Oktober yang diperingati sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara, para ahli kembali mengingatkan pentingnya pencegahan dan deteksi dini agar penyakit ini tidak berkembang menjadi stadium lanjut. Salah satunya datang dari Spesialis Bedah Konsultan Onkologi dari Eka Hospital, Dr. dr. Sonar Soni Panigoro, Sp.B (K) Onk.

Menurut dr. Sonar, kanker payudara masih menjadi jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di Indonesia. "Kanker payudara di Indonesia masih menjadi nomor satu berdasarkan banyaknya penderita, selebihnya ada serviks dan lain-lain," ujarnya pada Senin, 6 Oktober 2025.

Dia menegaskan bahwa kanker bukanlah penyakit yang muncul tiba-tiba. Kanker berkembang secara perlahan hingga akhirnya mencapai tahap yang berbahaya jika tidak segera dideteksi.

Dr. Sony, mengatakan,"Kanker merupakan sebuah perjalanan bagi penderitanya. Tidak serta merta hari ini muncul, mengganas, lalu menyebabkan kematian di-keesokan harinya."

Setiap orang memang akan mengalami fase lahir, menjalani kehidupan, lalu dihadapkan pada kematian. Namun, pada pasien kanker, dokter akan fokus pada pengobatan agar hidup pasien bisa lebih lama lagi, sehingga meningkatkan taraf hidup sama seperti orang tanpa kanker.

"Apapun metode pengobatannya, kanker harus diobati. Kami dari kedokteran tugasnya melakukan diagnosis, penekanan agar bisa menghambat kanker jadi keganasan, sehingga bisa menekan angka kematian akibat kanker," ujar Sonar.

Oleh karena itu, deteksi dini menjadi kunci utama. Jika kanker payudara ditemukan pada tahap sangat awal atau stadium nol, peluang sembuhnya bisa mencapai 100 persen. Sayangnya, kebanyakan pasien di Indonesia datang ke rumah sakit saat penyakitnya sudah berada pada stadium lanjut.

"Jika pasien datang dengan stadium nol, yakni tanpa gejala, maka peluang sembuhnya bisa 100 persen. Tapi sayangnya, sekitar 70 persen pasien di Indonesia datang sudah dalam keadaan stadium lanjut," kata dr. Sonar.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa hanya sekitar 10 persen kasus kanker payudara yang disebabkan oleh faktor genetik. Sisanya, sekitar 90 persen, dipicu oleh gaya hidup tidak sehat dan pola makan yang buruk. Karena itu, upaya pencegahan sangat penting dilakukan sejak dini.

Bukan saja untuk kanker payudara, melainkan juga pada jenis kanker lainnya. Dengan deteksi dini juga meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.

"Pada kanker payudara, deteksi dini bisa dilakukan di rumah. Yakni dengan lakukan SADARI, Periksa Payudata Sendiri, pemeriksaan rutin yang dilakukan wanita setiap bulan setelah masa menstruasi selesai. Cara ini membantu mengetahui tekstur normal payudara Anda sehingga jika ada perubahan," kata Sonar. 

Caranya, bisa sembari bercermin, raba searah jarum jam, acak, ataupun ke arah dalam dengan tiga jari. Mulai dari wilayah payudara hingga ke seluruh area kelenjar, seperti ketiak, bawah ketiak, hingga bagian tulang selangka atau bagian dada depan.

Lalu, bila menemukan adanya benjolan yang mencurigakan, lanjutkan dengan SADANIS, pemeriksaan Payudara Klinis. Yakni, pemeriksaan payudara yang dibantu oleh tenaga kesehatan seperti dokter atau bidan, setidaknya satu tahun sekali.

Terakhir, lakukan Mammogram dan USG Payudara, yakni metode pencitraan yang disarankan bagi wanita yang memiliki faktor risiko atau sudah mencapai usia tertentu, untuk mendeteksi benjolan yang belum bisa dirasakan melalui perabaan.

"Kalau untuk usia di bawah 40 tahun, cukup USG saja, kecuali punya riwayat genetik, maka lakukan di bawah usia 40 tahun bisa dilakukan. Kalau untuk mammogram bisa dilakukan pada usia di atas 40 tahun," katanya.

Selain deteksi dini, dr. Sonar juga memperkenalkan konsep CERDIK sebagai langkah sederhana namun efektif untuk mencegah kanker payudara. Apa saja itu?

"Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok dan polusi, Rajin Olahraga, Diet berimbang dengan rendah lemak, Istirahat cukup dan Kelola stres, Kurangi karbohidrat dan tinggi serat," katanya.

Selain itu, bila sudah didiagnosis kanker payudara, segera berobat ke medis atau rumah sakit. Jangan malah beralih ke tradisional, dimana belum terbukti secara klinis khasiat ataupun efek penyembuhannya.

"Dikhawatirkan akan memperparah, inilah salah satu faktor penyebab pasien datang ke kami dalam kondisi sudah stadium lanjut," katanya.

Sekali lagi, tegas Sonar, kanker payudara bisa disembuhkan, peluangnya lebih tinggi bisa sampai 100 persen. "Jadi, harus lakukan deteksi dini, minimal periksa sendiri lalu ke dokter," pungkasnya.

Foto Pilihan