Liputan6.com, Jakarta - Varises adalah kondisi medis yang lebih dari sekadar masalah estetika. Menurut dr. Yuliardy Limengka, B.Med.Sc., Sp.B, Subsp.BVE(K), varises dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik.
Peningkatan kasus varises saat ini banyak dipengaruhi oleh gaya hidup modern yang cenderung minim aktivitas fisik. Hal ini menjadi perhatian penting bagi banyak orang, terutama mereka yang sering duduk dan menggunakan high heels.
Dalam penjelasannya, dr. Yuliardy menekankan bahwa tren gaya hidup yang mengurangi aktivitas fisik berkontribusi besar terhadap peningkatan kasus varises. "Dahulu, manusia harus aktif bergerak untuk mencari makanan, namun kini segala sesuatu menjadi serba instan dan dapat diakses hanya dengan duduk," ujarnya.
Konsekuensi dari gaya hidup sedentary ini adalah meningkatnya risiko varises, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor dengan aktivitas fisik yang minim.
Statistik menunjukkan bahwa sekitar 65 s.d 80 persen populasi dunia mengalami varises, meskipun tidak semuanya memerlukan tindakan operasi.
"Bila seseorang menjalani sedentary lifestyle atau terlalu banyak duduk, maka risiko varises meningkat tajam," tambah dr. Yuliardy.
Ciri-Ciri Varises: Jangan Salah Duga dengan Diabetes
Salah satu tanda varises yang umum adalah perubahan warna kulit kaki menjadi kehitaman. Kondisi ini seringkali disalahartikan sebagai gejala diabetes.
"Warna hitam di kaki sebenarnya disebabkan oleh inflamasi dan hemosiderin staining, yaitu zat besi dari darah yang keluar ke kulit sehingga menimbulkan bercak gelap," jelas dr. Yuliardy. Jika muncul bercak hitam di kaki, sebaiknya varises lebih dulu dicurigai daripada diabetes.
Faktor Risiko Varises pada Wanita
Wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami varises, terutama karena faktor hormonal. Perubahan hormon estrogen dan progesteron, seperti menjelang menstruasi atau selama kehamilan, dapat memicu pembentukan pembuluh darah baru.
"Ketika hamil, tekanan dalam perut meningkat, menghambat aliran darah dari kaki ke jantung, yang menyebabkan kaki menjadi bengkak," kata dr. Yuliardy.
Penggunaan sepatu hak tinggi juga merupakan faktor risiko varises. "Saat memakai high heels, otot kaki tidak bekerja optimal untuk memompa darah kembali ke jantung," tambahnya.
Oleh karena itu, disarankan untuk memilih sepatu dengan hak yang tidak lebih dari tiga sentimeter atau sepatu flat yang memungkinkan gerakan kaki penuh.
Olahraga yang Aman untuk Penderita Varises
Tidak semua jenis olahraga cocok bagi penderita atau individu yang berisiko varises. Aktivitas dengan high impact seperti tenis, paddle, dan lari maraton justru dapat memperburuk kondisi varises.
"Olahraga yang disarankan hanya tiga, yaitu bersepeda santai, jalan cepat, dan berenang. Tiga jenis olahraga ini paling ramah untuk pembuluh darah kaki," ujar dr. Yuliardy.
Komplikasi Varises Bila Dibiarkan
Varises merupakan stadium 2 dari penyakit vena kronis yang memiliki enam stadium. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang hingga menyebabkan luka kronis yang sulit sembuh.
"Ada pasien datang dengan luka yang tidak sembuh selama dua tahun. Setelah dicek, ternyata penyebabnya varises, bukan diabetes," ujar dr. Yuliardy.
Komplikasi yang lebih serius adalah pembentukan bekuan darah di pembuluh vena dalam yang dapat menyebabkan emboli paru yang berisiko fatal.
Penanganan Varises: Dari Pemeriksaan Hingga Laser Ablasi
Penanganan varises sangat bergantung pada stadium penyakit, hasil pemeriksaan USG, ukuran varises, dan kondisi vena dalam. Salah satu metode penanganan yang sering dilakukan adalah ablasi laser.
"Varises seburuk apapun bisa diperbaiki, terutama kalau pasien datang karena masalah estetika sekaligus kesehatan,” terang dr. Yuliardy.