Liputan6.com, Jakarta - Riwayat keluarga menjadi salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner, yaitu kondisi di mana pembuluh darah arteri koroner yang bertugas menyuplai darah kaya akan oksigen ke jantung mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Hal tersebut dikatakan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah subspesialis kardiologi pedriatrik dan penyakit jantung bawaan (PJB) Aditya Agita Sembiring dalam acara Hospital Visit Eksklusif: Menyaksikan Transformasi Harapan Bagi Pasien Penyakit Bawaan (PJB) pada Rabu, 24 September 2024.
Ia menegaskan bahwa genetik bisa menentukan peluang seseorang terkena penyakit ini.
“Kita genetik dulu yang paling gak ada hubungannya ya sama pola hidup ya. Genetik ini kalau ada orang tua atau saudara kandung, first level ya. Jadi di atas kita satu atau di bawah kita satu anak kita atau orang tua kita yang kena penyakit jantung koroner masih muda,” jelas dokter dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita ini.
Ia menambahkan bahwa kejadian serangan jantung pada usia 20 atau 30 tahun sangat jarang, tetapi bisa menimpa mereka yang punya riwayat keluarga.
“Umur 20, 30, which is highly less probable ya. Biasanya penyakit jantung koronal kan udah kakek-kakek, nenek-nenek udah tua lah. Kalau kayak gitu itu bisa kejadian pada pasien tersebut,” ungkap Aditya
Pentingnya Menjalani Skrining Kesehatan
Aditya menjelaskan bahwa ketika riwayat keluarga tercatat memiliki penyakit jantung, risiko seseorang meningkat secara signifikan.
“Faktor risikonya tinggi untuk terjadi penyakit jantung koroner,” katanya menegaskan.
Hal tersebut berlaku bahkan pada orang yang terlihat sehat atau tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok. Menurutnya, genetik berperan sebagai faktor dasar yang tidak bisa diubah, sehingga langkah pencegahan harus dilakukan lebih serius.
Ia juga mengingatkan bahwa pasien dengan riwayat keluarga sebaiknya lebih rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Dalam banyak kasus, seperti pada perokok, penyakit jantung bisa hadir diam-diam tanpa keluhan berarti.
Misalnya, seseorang merasa tidak pernah sesak atau nyeri dada, tetapi ternyata sudah menyimpan risiko besar. Oleh karena itu, kesadaran untuk melakukan check-up dini menjadi kunci dalam mendeteksi penyakit jantung koroner.
“Jadi harus sering-sering screening. Usia ada 40 tahun, rajin-rajin check-up. Medical check-up setahun sekali, at least cek tensi,” ujar Aditya
Gaya Hidup Sehat Bisa Jadi Solusi
Selain faktor genetik, gaya hidup tetap memainkan peran penting. Aditya menjelaskan, kondisi kesehatan antara orang dengan gaya hidup sehat berbeda dengan orang yang gaya hidupnya buruk, sebagaimana perokok.
Ia mencontohkan merokok bagaimana sebagai buruk yang bisa mempercepat kerusakan jantung. “Paling gampang tentu merokok,” ujarnya
Meski genetik menjadi faktor yang tidak bisa diubah, kebiasaan buruk seperti merokok, konsumsi gula berlebih, dan minim aktivitas fisik akan memperbesar kemungkinan terserang penyakit jantung.
Perbandingan juga terlihat pada mereka yang tidak memiliki faktor genetik. Seseorang yang hidup sehat tetap bugar bahkan di usia yang sudah senja.
“Kalau orang sehat tanpa merokok, mungkin umur 60 masih maraton. Bisa lihat kan ada orang yang lifestyle-nya sehat, samping sehatnya dia umur 60 masih ikut maraton,” jelas Aditya.
Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
Mencegah penyakit jantung tidak bisa hanya mengandalkan keberuntungan. Faktor keturunan tidak bisa dipilih, tetapi tindakan pencegahan bisa dilakukan oleh siapa saja.
“Jadi selama Anda lifestyle bagus, Insya Allah nggak akan hipertensi,” katanya menjelaskan cara mencegah hipertensi, sebagai salah satu faktor menyebab penyakit jantung koroner.
Ia juga menyoroti bahwa deteksi dini menjadi kunci menghadapi penyakit yang dikenal sebagai silent killer. “Melawan yang silent-silent, lawannya adalah detection-detection,” ucapnya.
Intinya, rajin melakukan pemeriksaan medis sangat penting untuk mencegah penyakit jantung.
Aditya mengingatkan untuk menerapkan gaya hidup sehat, untuk mengurangi risiko penyakit jantung yang bisa disebabkan oleh diabetes, kolestrol, tekanan darah tinggi, dan kebiasaan merokok yang tidak sehat.
“Nomor satu, stop merokok,” tegasnya.