Liputan6.com, Kuala Lumpur - Sistem bedah robotik hinotori™ yang baru diluncurkan oleh HMI Medical di Malaysia menjadi evolusi teknik laparoskopi yang telah dilakukan selama puluhan tahun. Sistem bedah ini kini hadir di Mahkota Medical Centre Melaka dan Regency Specialist Hospital Johor Bahru, Malaysia.
Bedah robotik tetap menggunakan prinsip "keyhole surgery" atau bedah sayatan kecil, namun dengan bantuan robot berkemampuan lebih canggih. Perbedaan mendasar terletak pada cara dokter mengendalikan instrumen bedah.
Dalam laparoskopi konvensional, dokter harus berdiri mengoperasi di samping tempat tidur pasien selama berjam-jam. Dokter juga mengendalikan dua instrumen manual sambil mengandalkan asisten untuk memegang kamera.
Pada sistem bedah robotik, dokter duduk di konsol dan mengendalikan empat lengan robot sekaligus. Satu lengan memegang kamera dan tiga lengan lainnya memegang instrumen bedah berbeda.
Keuntungan bagi Pasien Perempuan
Teknologi bedah robotik memberi dampak signifikan terutama bagi pasien perempuan dengan kondisi ginekologi kompleks. Endometriosis menjadi salah satu kasus yang bisa ditangani bedah robotik. Kondisi ini terjadi ketika jaringan mirip lapisan rahim tumbuh di luar rahim dan menyebar ke organ lain seperti kandung kemih, usus, atau ureter.
"Endometriosis adalah salah satu penyakit yang memengaruhi seluruh bagian panggul. Kondisi ini dapat memengaruhi rahim, kandung kemih, dan usus," ungkap Dr. Sevellaraja Supermaniam (Selva), Consultant Obstetrician and Gynecologist dari Mahkota Medical Centre saat diwawancara Liputan6.com, Selasa (23/9/2025) di Mahkota Medical Centre.
Operasi endometriosis termasuk prosedur yang sangat menantang. Di sini, spesialis ginekologi tidak hanya menangani organ reproduksi, tetapi juga harus berurusan dengan area yang menjadi domain spesialis lain seperti ahli bedah kolorektal atau urolog. Operasi semacam ini bisa berlangsung hingga enam jam. Dengan sistem bedah robotik, proses ini menjadi lebih ringan.
"Dengan laparoskopi konvensional, pada jam kelima dokter sudah sangat lelah. Ketika duduk dengan robot, bahkan jika membutuhkan waktu lebih lama, dokter bisa beristirahat sejenak," ungkap Dr. Selva.
Kestabilan kamera yang dikendalikan robot juga memberikan keunggulan keselamatan. Tidak seperti asisten manusia yang bisa lelah dan bergerak tidak sengaja, robot mempertahankan posisi kamera dengan stabil sepanjang operasi.
Presisi Tinggi, Pemulihan Lebih Cepat
Bagi pasien perempuan, teknologi robotik menawarkan beberapa keuntungan praktis. Luka sayatan lebih kecil, rasa sakit pasca operasi lebih ringan, dan waktu pemulihan lebih singkat. Hal ini memungkinkan perempuan bisa kembali beraktivitas tanpa perawatan panjang.
Selain endometriosis, sistem robotik juga digunakan untuk menangani berbagai kondisi lain mulai dari infertilitas, kanker ginekologi, hingga prosedur terkait teknologi reproduksi berbantu. Mahkota Medical Centre di Melaka telah dikenal sebagai salah satu tujuan pasien perempuan yang mencari pengobatan sistem reproduksi. Hingga saat ini, Mahkota Medical Centre telah menyelesaikan 70 kasus menggunakan hinotori™, dengan 60 persen adalah kasus obstetri dan ginekologi.
Salah satu pertanyaan krusial yang sering muncul adalah apakah bedah robotik memiliki risiko komplikasi yang berbeda dibandingkan dengan laparoskopi konvensional. Dr. Selva memberikan penjelasan yang jujur sekaligus komprehensif mengenai hal ini.
"Robot memberi keuntungan karena dokter duduk dan rileks sambil mengoperasi, kelelahan berkurang, kemungkinan mendapatkan komplikasi seharusnya lebih kecil," jelas Dr. Selva.
Menurutnya, potensi efek samping antara laparoskopi dan robotik sebenarnya serupa. Bedanya, robot memberikan keunggulan dalam hal mengurangi faktor kelelahan dokter. Ketika dibantu robot, dokter bisa lebih rileks sehingga kesalahan bisa diminimalisir.
Aksesibilitas dan Biaya
HMI Medical Group yang menaungi Mahkota Medical Centre menjadi kelompok rumah sakit swasta pertama di ASEAN yang mengadopsi hinotori™. Mereka menargetkan sistem ini dapat diakses lebih banyak pasien dengan harga lebih kompetitif dibandingkan sistem robotik lain yang sudah ada di pasar.
"Kami ingin memberikan lebih banyak pilihan untuk bedah robotik mutakhir kepada lebih banyak orang, tidak hanya di Malaysia tetapi di Asia Tenggara," kata Chin Wee Jia, CEO HMI Medical Group.
Namun, biaya tetap menjadi pertimbangan. Satu unit robot hinotori™ bernilai sekitar RM 12 juta (sekitar Rp 47,6 miliar). Dr. Selva menegaskan bahwa robot tidak ditujukan untuk semua kasus.
Jika kondisi bisa ditangani dengan laparoskopi konvensional yang lebih murah, maka laparoskopi tetap menjadi pilihan. Robot hanya digunakan untuk kasus kompleks yang sulit atau berisiko tinggi jika dilakukan dengan teknik konvensional.
“Kalau memungkinkan dilakukan dengan laparoskopi, tentu kita akan memilih itu. Robot digunakan untuk pasien dengan kondisi berat atau kasus yang lebih sulit,” jelas Dr. Selva.