
SILANG pendapat antara Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia dinilai wajar selama itu bersifat membangun. Hal yang perlu diperhatikan ialah bagaimana keduanya dapat bekerja dan berorientasi pada kehidupan masyarakat.
Hal itu diungkapkan pengamat komunikasi politik Hendri Satrio mengenai silang pendapat menkeu dan menteri ESDM mengenai data subsidi LPG 3 kilogram.
"Sebetulnya tidak masalah saling sindir itu. Yang paling penting kehidupan rakyat membaik. Jangan kemudian saling sindir, tapi pada akhirnya kehidupan rakyat tidak membaik. Itu percuma. Kalau saling sindir itu terjadi ya silakan saja, tidak masalah," ujarnya saat dihubungi, Minggu (5/10).
Hendri juga menilai silang pendapat tersebut tak harus membuat presiden memanggil keduanya. Sebab, perbedaan pendapat itu masih berada dalam kategori yang wajar. Dia juga menilai saling sindir tersebut tak memengaruhi situasi di dalam Kabinet Merah Putih.
"Tidak perlu juga dipanggil presiden segala. Selesaikan saja sendiri, rakyat juga pasti bisa menilai," tutur Hendri.
Diketahui, menkeu dan menteri ESDM berbeda pendapat mengenai data subsidi LPG 3 Kg. Menkeu menyatakan harga asli LPG 3 Kg mencapai Rp42.750 per tabung dan pemerintah menanggung subsidi sebesar Rp30.000. Dus, masyarakat dapat membeli LPG 3 Kg senilai Rp12.750 per tabung.
Namun menteri ESDM menilai menkeu telah salah membaca data dan meminta agar berkoordinasi lebih erat dengan bawahannya. Bahlil juga menganggap kesalahan itu dapat dipahami lantaran Purbaya merupakan orang yang baru menduduki jabatan menkeu.
Sementara itu menkeu menyampaikan bakal kembali melihat data yang dinilai keliru oleh menteri ESDM. "Saya sedang pelajari, kita pelajari lagi. Mungkin Pak Bahlil betul, tapi nanti kita lihat lagi seperti apa. Yang jelas saya dapat angkanya dari hitungan staf saya, nanti kita lihat gimana salah pengertiannya," kata Purbaya saat kunjungan kerja ke Kudus, Jawa Tengah, Jumat (3/10). (P-4)