Liputan6.com, Jakarta - Menangani bayi yang menangis sering menjadi tantangan besar bagi ibu, terutama mereka yang baru memiliki anak. Banyak ibu muda merasa panik, cemas, bahkan menyalahkan diri sendiri saat upaya menenangkan bayi dianggap gagal.
Namun, Psikolog Klinis Anak, Saskhya Aulia Prima, M.Psi, memberikan tips sederhana, jeda enam hingga tujuh detik untuk menenangkan diri sebelum merespons bayi.
"Kuncinya adalah memiliki parental reflective function, kemampuan orang tua untuk memahami perilaku anak dari sudut pandang pikiran, perasaan, dan kebutuhannya, sekaligus menyadari emosi diri sendiri," kata Saskhya.
Dengan kemampuan ini, menurut Saskhya, ibu lebih mampu mengelola emosinya, memahami kondisi anak ketika rewel, dan merespons dengan tenang.
Pada fase awal kehidupan, bayi belum bisa mengungkapkan kebutuhan mereka dengan kata-kata. Menangis menjadi satu-satunya bentuk komunikasi. Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang menilai tangisan bayi sebagai tanda rewel semata.
Kondisi ini sering membuat ibu baru merasa tertekan. "Ketika seorang wanita hamil, ia cenderung lebih sensitif. Empati meningkat sehingga ketika bayi menangis bisa memicu stres bagi beberapa ibu yang baru memiliki anak," ujar Saskhya.
Standar Menjadi Ibu yang Sempurna
Ibu muda kini juga memiliki standar tinggi untuk menjadi 'ibu sempurna'. Bila gagal menenangkan bayi yang menangis, mereka kerap panik, merasa bersalah, bahkan menyalahkan diri sendiri.
Untuk mencegah kepanikan, Saskhya menyarankan ibu mengambil jeda sejenak sebelum menenangkan bayi. "Ibu bisa ambil jeda enam hingga tujuh detik untuk menenangkan diri agar bisa jernih dalam mengambil langkah selanjutnya dalam menenangkan anak," tambahnya.
Menurutnya, dengan memberi ruang beberapa detik, ibu dapat menata napas, mengatur emosi, lalu kembali fokus pada kebutuhan anak.
Dengan begitu, ibu tidak larut dalam stres, dan bayi pun merasakan ketenangan dari sang ibu. "Jadi, ketika kita bisa center-nya, fokus ke anak, kita jadi tahu anaknya butuh apa. Walaupun mungkin kadang-kadang kita salah, tapi dua-duanya jadi lebih tenang," kata Saskhya.
Ketenangan Ibu Menular pada Bayi
Pendapat senada juga disampaikan dokter spesialis anak lulusan Universitas Indonesia, dr. Dimple Nagrani, Sp.A. Dia menekankan bahwa ketenangan ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi bayi.
"Bayi selama di dalam kandungan terbiasa mendengar detak jantung ibu yang stabil. Tapi ketika ia dilahirkan lalu digendong, dan mendengar suara detak jantung ibu yang berbeda karena panik atau cemas, bayi tidak akan bisa tenang," ujar dr. Dimple.
Menurutnya, bayi mampu merasakan perubahan ritme detak jantung ibu. Saat ibu panik, napas menjadi lebih cepat dan detak jantung ikut meningkat. Kondisi ini membuat bayi ikut resah.
"Kalau kita deg-degan, nafas kita jadi lebih cepat. Jadi bayi kita itu tidak akan bisa tenang dengan seseorang yang saat menggendong itu deg-degan terus," tambahnya.