Istanbul (ANTARA) - Pemimpin Hamas Khalil al-Hayya pada Selasa meminta "jaminan nyata" yang memastikan berakhirnya perang Israel di Jalur Gaza.
"Kami menegaskan kesiapan kami mencapai (kesepakatan) untuk mengakhiri perang, menarik pasukan Israel dari Gaza, dan membebaskan semua tawanan Israel – baik yang hidup maupun yang mati – dengan imbalan tahanan Palestina sesuai rencana (Presiden AS Donald) Trump," ujar al-Hayya kepada saluran berita pemerintah Mesir, Al-Qahera News.
"Namun, Israel masih terus membunuh dan memblokade bantuan, terutama di Gaza utara, sejak kami mengumumkan persetujuan kami atas rencana Trump."
Pemimpin Hamas itu menekankan bahwa Israel pertama kali melanggar kesepakatan gencatan senjata pada November 2023 dan melanjutkan perang.
“Israel tidak pernah menepati janjinya sepanjang sejarah,” katanya.
"Kami telah menguji pemerintahan pendudukan dan tidak mempercayainya sedetik pun," kata al-Hayya, seraya meminta "jaminan nyata" dari komunitas internasional, Presiden Trump, dan negara-negara yang mendukung perundingan.
Ia menekankan bahwa Hamas berupaya mencapai "tujuan dan aspirasi rakyat Palestina untuk stabilitas, kebebasan, kenegaraan, dan penentuan nasib sendiri."
"Perang harus diakhiri selamanya agar rakyat Palestina dapat hidup dalam stabilitas seperti bangsa-bangsa lain di kawasan ini."
Hamas dan Israel telah mengadakan perundingan tidak langsung hari kedua di kota Sharm el-Sheikh, Mesir, di Laut Merah, pada Selasa guna mencapai gencatan senjata dan pertukaran tahanan di bawah rencana Trump untuk Gaza.
Pada 29 September, Trump mengumumkan proposal 20 poin yang mencakup pembebasan semua tawanan Israel dengan imbalan tahanan Palestina, gencatan senjata, perlucutan senjata Hamas, dan pembangunan kembali Gaza. Hamas pada prinsipnya menyetujui rencana tersebut.
Militer Israel telah menewaskan hampir 67.200 warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Pengeboman yang tak henti-hentinya telah membuat daerah kantong Palestina itu hampir tak berpenghuni dan menyebabkan pengungsian massal, kelaparan, dan penyebaran penyakit.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Warga Gaza menanti hasil perundingan Hamas-Israel di Mesir
Baca juga: PBB sebut serangan udara Israel di Gaza mereda seiring negosiasi damai
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.