Liputan6.com, Jakarta- Negara Australia selama ini identik dengan hewan Kanguru dan Koala. Bahkan Australia kerap disebut negeri Kanguru. Siapapun yang berkunjung kesana ingin melihat koala ataupun kanguru. Namun situasi berbeda akan dijumpai bila berkunjung ke Darwin di Utara Australia.
Ya bisa dibilang berkunjung ke Darwin akan membawa kita merasakan dan menikmati Australia yang berbeda. Di Darwin, tidak ada koala ataupun Kanguru. Cuaca yang panas membuat kedua hewan khas Australia itu tidak bisa bertahan hidup di Darwin dan Australia Utara.
Kota Darwin cuma memiliki dua musim seperti halnya Indonesia yakni musim hujan dan musim panas. Musim hujan di Darwin berlangsung pada November sampai April. Sedangkan musim panas terjadi sepanjang Mei hingga Oktober. Tak ada musim dingin di Darwin.
Cuaca di Darwin sangat mirip dengan di Indonesia. Maklum saja Darwin berada di utara dan jaraknya begitu dekat dengan Indonesia. Penerbangan dari Bali ke Darwin bisa ditempuh dalam waktu dua jam 40 menit saja.
Hewan yang identik dengan Darwin dan Australia Utara justru adalah buaya. Darwin diklaim memiliki lebih banyak buaya dibandingkan kota lain di dunia. Beberapa tempat di Darwin memakai buaya sebagai maskotnya.
Hiburan dengan buaya sebagai pemeran utama juga jadi suguhan utama di Darwin dan Australia Utara. Di pusat kota Darwin misalnya. Ada Crocosaurus Cove yang menghadirkan Cage of Death yakni sensasi berenang bareng buaya.
Buaya Jadi Hiburan di Darwin
Buaya-buaya yang berada di sana biasanya bermasalah di alam liar sehingga "dikurung" di kolam buatan di Crocosaurus Cove. Masing-masing buaya dinamai, dua di antaranya adalah William dan Kate yang merujuk pada nama Pangeran William dan Kate Middleton dari Inggris.
Ukuran buaya William terbilang raksasa. William misalnya memiliki panjang 4,6 meter dan berat 690 kilogram. Ada juga ada buaya berbobot 800 kilogram. Setiap kolam diisi dua sampai tiga buaya besar dengan empat kolam dijadikan tempat berenang bersama buaya di Cage of Death alias Kandang Kematian.
Lewat Kandang Kematian, turis ditempatkan dalam sebuah tabung akrilik transparan yang akan dikerek masuk ke dalam kolam tersebut. Sebelum itu, pengunjung akan dirahkan terlebih dulu. Salah satunya diterangkan larangan seperti mencipratkan air ke arah buaya. Mengingat tabung transparan tersebut berongga, air yang dicipratkan bisa mengusik buaya tersebut.
Liputan6.com yang hadir di Darwin memenuhi undangan Tourism Northern Territory (TNT) dan AirAsia Indonesia berkesempatan menyaksikan langsung tabung masuk ke dalam kolam pada Sabtu, 20 September 2025. Begitu tabung masuk, buaya raksasa menghampiri dan berputar-putar mengelilingnya.
Di dalam tabung transparan itu, pengunjung bisa berenang atau sekadar duduk dan berdiri menyaksikan buaya besar datang mendekat. Setiap tabung bisa diisi satu atau dua orang. Pengunjung akan berada dalam tabung sekitar 15 menit.
Bersahabat dengan Buaya
Tak hanya Kandang Kematian, Crocosaurus Cove juga punya atraksi lain yang berhubungan dengan buaya seperti memberi makanan kepada buaya raksasa tersebut. Wisatawan yang berada dalam kolam bisa melihat dengan dekat ketika buaya mengunyah makanan yang diberikan.
Dipinggir kota Darwin juga ada hiburan Jumping Croc Cruise. Turis akan diajak menaiki perahu kecil yang berkeliling di Sungai Adelaide. Disepanjang perjalanan, turis akan berkesempatan melihat buaya muncul mengambil makanan yang disodorkan dengan bambu dari atas perahu.
Sensasi mendebarkan dirasakan karena beberapa kali buaya berukuran besar sempat menabrak perahu ketika berusaha mengambil umpan makanan.
Slow Living di Darwin
Selain soal buaya dan cuaca yang mirip dengan Indonesia, kehidupan di Darwin terasa nyaman untuk menjalani slow living. Aktivitas di kota Darwin tidak terlalu padat. Bahkan jalanan sudah sepi di atas jam sembilan malam.
Toko-toko di Darwin kebanyakan sudah tutup pada sore hari. Pengecualian hanya pada supermarket yang masih buka sampai jam 22.00. Di jalan Mitchell yang merupakan pusat bisnis dan hiburan contohnya. Saat hari kerja, Senin sampai Jumat, bar dan cafe sepi di malam hari.
Cafe dan Bar baru ramai saat akhir pekan terutama ketika ada nonton bareng pertandingan Australian Football League. Olahraga ini memang begitu populer di Australia. Saat Liputan6.com berkunjung, Australian Football League sudah memasuki babak semifinal sehingga acara nobar dipadati penonton.
Darwin sangat nyaman untuk menjalani kehidupan yang lamban karena ditunjang fasilitas yang sangat baik. Pedestrian disana begitu rapi. Bahkan masih ada telepon umum gratis yang bisa ditemukan dipinggir-pinggir jalan. Kotak pos juga masih ada di beberapa sudut jalanan kota Darwin.