Liputan6.com, Jakarta Hemodialisis atau awam menyebutnya dengan cuci darah adalah salah satu terapi pada pasien gagal ginjal stadium akhir. Ini adalah prosedur medis dimana darah dialirkan keluar dari tubuh lalu dibersihkan melalui alat khusus (dialyzer atau “ginjal buatan”), dan kemudian dikembalikkan ke tubuh pasien.
Terapi hemodialisis konvensional memiliki keterbatasan dalam membersihkan racun ukuran menengah. Guna membantu membersihkan racun berukuran menengah, dalam dunia medis kini ada teknologi bernama hemodiafiltrasi (HDF).
Prosedur ini menggabungkan prinsip hemodialisis dan filtrasi tekanan tinggi untuk menghilangkan racun dengan lebih efektif. HDF memerlukan perangkat mesin dan sistem water treatment yang canggih serta protokol yang lebih kompleks.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal-hipertensi Muthalib Abdullah dari RS Bethsaida Gading Serpong, prosedur HD menggunakan teknologi hemodiafiltrasi (HDF) perlu dilakukan seminggu atau dua minggu sekali. Lalu, manfaat terapinya baru terasa setelah dilakukan selama bulanan sampai tahunan.
"Selain itu HDF memiliki syarat, dimana prosedurnya harus high-efficiency, kecepatan aliran darah (Quick of Blood) dari tubuh pasien ke dialiser harus tinggi, yaitu 300 mL/menit, sehingga akses untuk mengalirkan darah dari tubuh pasien harus bagus," kata Muthalib.