Liputan6.com, Jakarta Sehubungan dengan rilis di laman Kementerian Kesehatan pada 8 Oktober yang berjudul "Wamenkes Baru Dilantik, Kemenkes Perkuat Percepatan Eliminasi TBC" maka ada lima komentar dan masukan saya.
Pertama, sebagai Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) maka saya tentu menyambut baik dan menyampaikan ucapan selamat atas dilantiknya Benjamin Paulus Octavianus yang seorang dokter spesialis paru sebagai Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes).
Sebagai dokter spesialis paru tentu amat menguasai tentang berbagai aspek tuberkulosis (TBC/TB) yang merupakan salah satu penyakit infeksi paru di negara kita sejak lama. Ssehingga kita percaya akan sukses dalam ruang lingkup kerjanya.
Kedua, Indonesia adalah penyumbang kasus TB ke dua terbesar di dunia. Laporan Global WHO Report 2025 menyebutkan bahwa sekitar 10% pasien TBC dunia datang dari Indonesia, jadi satu dari 10 pasien tuberkulosis dunia adalah orang Indonesia
Ketiga, kita sudah punya target eliminasi tuberkulosis pada 2030 sesuai Peraturan Presiden 67 tahun 2021, lengkap dengan angka yang harus dicapai.
Hal ini di tambah lagi dengan TB juga merupakan salah satu target Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) atau Quick Win Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran. Di tambah lagi, juga ada target Sustainable Development Goals (SDG) untuk menghentikan epidemi tuberkulosis dunia di 2030 pula, dimana Indonesia sebagai bagian dari dunia tentu perlu berpartisipasi aktif untuk pencapaian SDG ini.
Keempat, Program Pengendalian TB Sudah Jelas
Keempat, bentuk program pengendalian TB sebenarnya sudah secara jelas sudah diketahui -baik secara internasional/WHO, pengalaman negara lain dan juga pengalaman kita selama ini sehingga dapat diimplementasikan di lapangan. Kalau kita ikuti guideline WHO maka setidaknya ada lima kegiatan program yaitu pencegahan, skrining, diagnosis, pengobatan dan keadaan khusus.
Dalam hal ini dapat saya sampaikan juga bahwa hanya beberapa hari yang lalu WHO baru mengeluarkan publikasi tentang pentingnya gizi dalam pengendalian TB. Hal ini mungkin dapat dikaitkan dengan dua program penting Presiden Prabowo, yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG) dan penanggulangan Tuberkulosis.
Kelima, ada tiga prinsip dasar pengendalian TB yang disampaikan WHO pada World TB Day 2025, yaitu “Commit, Invest and Deliver”. Ketiga hal ini yang perlu kita lakukan.
Tentang “Commit”, memang sudah ada Peraturan Presiden dan juga sudah ada PHTC / Quick Win Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran. Komitmen ini perlu “diturunkan” ke tiga pihak, pertama ke berbagai Kementerian terkait, ke dua ke daerah dan ke tiga ke semua lintas sektor terkait.
Tentang “invest” maka kita tentu harapkan akan ada dukungan anggaran yang memadai.
Yang juga amat penting adalah “Deliver”, yaitu program yang sudah ada akan benar-benar dilaksanakan di lapangan di berbagai tingkatannya. Untuk ini jelas perlu kerja amat keras dan perlu dukungan dari masyarakat dan organisasi profesi, dan tentu Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) siap mendukungnya dengan penuh.
** Penulis adalah Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Mantan Diretur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara