
KETUA Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie mengungkapkan, Indonesia masih berada di belakang negara-negara lain dalam hal investasi transisi energi meski memiliki potensi besar di sektor hijau.
Data dari Bloomberg New Economic Finance yang bekerja sama dengan Kadin Indonesia menunjukkan, Indonesia mewakili peluang investasi transisi energi sebesar US$3,8 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 4% dari total produk domestik bruto (PDB) kumulatif Indonesia selama periode 2025–2050.
Kendati demikian, angka tersebut masih kalah dengan negara lain. Potensi investasi transisi energi Vietnam setara dengan 7,5% dari PDB, Brasil setara dengan 6,6% dari PDB, dan Jepang setara 5,6% dari PDB.
Begitu pula dengan potensi investasi transisi energi India yang juga lebih besar ketimbang Indonesia dengan 4,8% dari PDB mereka.
"Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lainnya dalam hal investasi transisi energi," tegas Anin, sapaan akrabnya, dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Jakarta, Jumat (10/10).
Karena itu, ia mendorong pengusaha untuk mengejar ketertinggalan tersebut dengan berbagai upaya dan inovasi.
"Dalam lanskap baru ini, cara lama tidak lagi berhasil dan tidak akan berhasil. Kita membutuhkan model pertumbuhan yang kompetitif dan tangguh," imbuh putra dari pengusaha dan politikus Partai Golkar Aburizal Bakrie itu.
Indonesia bertekad menjadi salah satu dari lima ekonomi terbesar dunia pada 2045 yang membutuhkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan setidaknya 8% per tahun. Namun faktanya, pertumbuhan ekonomi masih stagnan di level 5% saat ini.
"Kita perlu melakukan inovasi lebih banyak lagi. Kita tidak hanya harus tumbuh lebih cepat, tetapi juga harus tumbuh dengan lebih efektif dan kompetitif," tegasnya.
Ia menilai sektor publik dan swasta memiliki peran penting dalam mempercepat pencapaian target net zero emission. Ia berharap adanya dukungan pemerintah untuk menyelaraskan target yang dicapai.
"Dengan cara ini, kita bisa membuka industri-industri baru, berinovasi dalam struktur pembiayaan, dan menciptakan lapangan kerja yang dibutuhkan," tuturnya.
Anin menambahkan, dalam mendukung transisi energi, Kadin Indonesia menjalankan tiga inisiatif utama. Pertama, Kadin Net Zero Hub, yakni melakukan advokasi keterbukaan dengan lebih dari 80 perusahaan terkait dengan aksi iklim.
Kedua, ASEAN Alliance on Carbon Markets and Carbon Knowledge Hub yang telah membuka jalan dan mendorong terbentuknya pasar karbon lintas batas. Ketiga, Kadin Regenerative Forest Business Hub, sebuah platform untuk memelopori model bisnis regeneratif.
"Ini bukan sekadar gagasan di atas kertas. Ini adalah platform nyata yang sudah membentuk proyek, jaringan, dan kemitraan," pungkas Anin. (Ins/E-1)