Liputan6.com, Jakarta Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menuntut Badan Gizi Nasional (BGN) membentuk tim investigasi independen.
Tuntutan ini dibuat menyusul kematian siswi SMK Negeri 1 Cihampelas Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang diduga akibat keracunan hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG).
“BGN harus membentuk tim investigasi independen melibatkan ahli forensik, lembaga kesehatan, dan masyarakat sipil, serta hasil investigasi diumumkan secara terbuka kepada publik,” kata Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji, dalam keterangan pers dikutip Kamis (2/10/2025).
Dia juga meminta Presiden Prabowo Subianto untuk tidak lagi meremehkan kasus MBG sebagai sekadar persentase kecil, karena ini menyangkut nyawa anak bahkan kini sudah ada dugaan korban jiwa.
Jika terbukti ada kaitan MBG dengan kematian maupun keracunan massal, Ubaid meminta Presiden dan BGN wajib bertanggung jawab dan tutup semua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sekarang juga, tanpa terkecuali.
“Kematian seorang siswa di tengah tragedi keracunan MBG adalah alarm keras bagi bangsa ini. Jangan buru-buru menyatakan ‘bukan karena MBG’ sebelum ada bukti ilmiah yang transparan. Publik berhak tahu kebenarannya, Presiden dan BGN wajib bertanggung jawab penuh,” tegas Ubaid.
Sebelumnya, Ubaid menyatakan turut berbela sungkawa atas meninggalnya siswi SMK Negeri 1 Cihampelas.
JPPI menilai kasus kematian siswi di Kabupaten Bandung Barat yang terjadi pasca gelombang keracunan massal program MBG ini tidak boleh dianggap remeh, apalagi ditutup-tutupi.
“Meskipun Dinas Kesehatan setempat buru-buru menyatakan kematian tersebut ‘bukan akibat MBG’, JPPI menegaskan bahwa investigasi menyeluruh, transparan, dan independen wajib dilakukan. Hal ini penting agar publik tidak terjebak pada narasi pengaburan fakta,” katanya.
Setibanya di Tanah Air, usai lawatan ke empat negara. Presiden Prabowo Subianto menggelar rapat dengan sejumlah Menteri guna membahas sejumlah hal, termasuk maraknya keracunan menu MBG. Pemerintah mengevaluasi kewajiban syarat dapur SPPB sebagai peny...
Kronologi Siswi SMKN 1 Cihampelas Meninggal Dunia
Siswi SMKN 1 Cihampelas KBB, Bunga Rahmawati meninggal dunia pada Selasa, 30 September 2025.
Sebelum meninggal, remaja 17 tahun itu menunjukkan gejala keracunan makanan seperti mual, muntah, kejang, hingga mulut berbusa.
Pada Rabu, 24 September 2025 ia sempat mengonsumsi hidangan MBG dan gejala baru timbul pada Senin, 29 September 2025.
Maka dari itu, Dinas Kesehatan KBB, menyimpulkan bahwa kematian Bunga bukan disebabkan oleh MBG, tapi ditemukan bahwa siswi itu mengidap penyakit lambung.
"Pasien meninggal bukan akibat dari mengonsumsi MBG pada hari Rabu, 24 September 2025. Pasien mengeluhkan gejala pada hari Senin, 29 September 202, lebih dari 2x24 jam dari mengonsumsi MBG)," mengutip surat resmi yang ditandatangani Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandung Barat, Lia Nurliana Sukandar pada 1 Oktober 2025.
Seperti diketahui, sebanyak 121 siswa dari SMKN 1 Cihampelas mengalami gejala keracunan massal setelah mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu, 24 September 2025.
Gejala yang dialami siswa termasuk mual, pusing, kejang, dan sesak napas. Namun, dari jumlah tersebut, pihak sekolah meyakini bahwa Bunga bukan salah satu yang terdampak keracunan. Ia tidak menjalani perawatan di posko atau rumah sakit karena tak merasakan gejala mual.
Pada tanggal 24, Bunga sempat menyantap dua porsi MBG karena temannya enggan memakannya. Ia pun pulang ke rumah pukul 14.00. Saat ditanya keluarga soal ‘apa yang dirasakan usai santap MBG’, ia mengeluh sedikit pusing.