Liputan6.com, Jakarta Meski tampil luar biasa sepanjang musim 2024/25 bersama klub dan Timnas Spanyol, Lamine Yamal gagal meraih Ballon d'Or tahun ini. Pemain Barcelona berusia 18 tahun itu hanya finis di posisi kedua, di bawah Ousmane Dembele yang sukses menjadi pemain Prancis pertama sejak Karim Benzema pada 2022 yang meraih trofi prestisius tersebut.
Dalam daftar akhir, Yamal unggul atas Vitinha (PSG) yang finis di peringkat ketiga. Rekan setimnya di Barcelona, Raphinha, menempati posisi kelima, sementara Pedri harus puas di urutan ke-11. Situasi itu cukup mengecewakan bagi Aitana Bonmati yang sempat berharap dominasi Blaugrana lebih terasa dalam penghargaan bergengsi ini.
Andai keluar sebagai pemenang, Yamal akan mencatat sejarah sebagai pemain termuda peraih Ballon d'Or, memecahkan rekor yang saat ini masih dipegang Ronaldo Nazario. Meski gagal, peluang Yamal untuk menyalip rekor sang legenda Brasil masih sangat terbuka.
Jalan Terbuka untuk Yamal
Ronaldo Nazario memenangi Ballon d'Or pada 1997 ketika usianya baru 21 tahun. Saat itu, ia baru saja meninggalkan Barcelona menuju Inter Milan setelah hanya tampil kurang dari 50 pertandingan untuk klub asal Catalunya. Kariernya kemudian membawanya ke Real Madrid pada 2002, di mana ia menegaskan statusnya sebagai salah satu penyerang terbaik dunia.
Berbeda dengan Ronaldo, Yamal sudah menembus angka 100 penampilan bersama Barcelona di usia 18 tahun. Ia kini dianggap sebagai salah satu winger terbaik dunia dengan kontribusi besar di level klub maupun tim nasional. Dengan pengalaman yang jauh lebih matang di usia muda, jalannya untuk mengincar Ballon d'Or berikutnya lebih terbuka.
Pemain kelahiran 2007 itu masih memiliki setidaknya dua kesempatan untuk melampaui rekor Ronaldo. Jika berhasil meraihnya pada 2026 atau 2027, ia akan resmi menjadi peraih Ballon d'Or termuda sepanjang sejarah.
Dua Musim Penentuan
Secara matematis, Yamal memiliki waktu dua musim untuk menorehkan catatan bersejarah tersebut. Tekanan jelas ada, tetapi dengan kualitas yang ia miliki serta dukungan penuh dari Barcelona, peluangnya tetap realistis.
Seiring perjalanan kariernya, Yamal juga dihadapkan pada tantangan menjaga konsistensi di level tertinggi. Jika ia mampu menggabungkan performa individu dengan prestasi tim, Ballon d'Or bisa berada dalam genggamannya sebelum melewati usia 21 tahun.
Bagi Barcelona, hal ini bukan hanya soal pencapaian personal Yamal, melainkan juga tentang membuktikan bahwa La Masia masih bisa melahirkan bintang dunia yang mampu bersaing dengan nama-nama besar seperti Ronaldo Nazario.
Sumber: Barca Universal