
MILITER Israel kembali menuai sorotan setelah mencegat sejumlah kapal bantuan kemanusiaan menuju Gaza pada Rabu (waktu setempat). Kapal-kapal tersebut merupakan bagian dari Global Sumud Flotilla (GSF), armada internasional yang membawa ratusan aktivis dari berbagai negara dengan misi mengirimkan makanan, air, dan obat-obatan untuk warga sipil Gaza.
Menurut pernyataan GSF, kapal Alma, Sirius, dan Adara dicegat secara paksa oleh Angkatan Laut Israel di perairan internasional, sekitar 70 mil laut dari garis pantai Gaza. Komunikasi dengan beberapa kapal lain juga sempat terputus. “Meski ada yang dicegat, misi kami akan terus berlanjut,” tegas GSF.
Organisasi tersebut bahkan menuduh Israel melakukan tindakan agresif, termasuk menabrak kapal di laut dan menembakkan water cannon. Sebuah video yang diposting di Telegram menunjukkan salah satu kapal disemprotkan air dengan tekanan tinggi, meski semua penumpang dilaporkan selamat.
Reaksi Israel dan Keterlibatan Greta Thunberg
Kementerian Luar Negeri Israel mengonfirmasi pihaknya “menghentikan dengan aman” sejumlah kapal, lalu membawa penumpangnya ke pelabuhan Israel. Dalam postingan di media sosial X, mereka juga menyebut aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, berada di salah satu kapal yang dicegat. Video yang beredar menunjukkan Greta duduk di lantai dikelilingi aparat bersenjata.
Israel berdalih flotilla tersebut mendekati zona perang aktif dan berusaha melanggar blokade laut yang sudah diberlakukan selama 18 tahun terhadap Gaza. Pemerintah Israel menawarkan jalur alternatif melalui pelabuhan Ashkelon untuk penyaluran bantuan, namun ditolak oleh GSF yang menegaskan bahwa bantuan hanya ditujukan langsung kepada warga Gaza, bukan melalui otoritas Israel.
Gelombang Kecaman Internasional
Aksi pencegatan ini langsung memicu protes global. Di Italia, massa turun ke jalan di Roma, Pisa, Florence, dan Turin. Pemerintah Turki menyebut tindakan Israel sebagai “aksi terorisme” dan Hamas menilainya sebagai “serangan pengkhianatan sekaligus aksi pembajakan.”
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot menyerukan Israel untuk menjamin keselamatan seluruh aktivis. Sementara Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menyatakan telah ada instruksi jelas agar militer Israel tidak menggunakan kekerasan terhadap penumpang flotilla.
Selain itu, pemerintah Italia dan Spanyol bahkan menyatakan siap mengirim kapal angkatan laut untuk memantau situasi, meski tetap berhati-hati agar tidak masuk ke zona maritim eksklusi Israel.
Latar Belakang dan Jejak Sejarah Flotilla
GSF terdiri dari lebih dari 500 peserta dari puluhan negara, termasuk anggota parlemen Spanyol dan Italia. Armada ini berangkat dari Barcelona pada 31 Agustus, dengan tujuan menembus blokade dan memberikan bantuan langsung ke Gaza.
Upaya serupa sudah pernah dilakukan sebelumnya. Pada 2010, insiden tragis menewaskan sembilan aktivis Turki setelah kapal bantuan mereka diserang pasukan Israel di perairan internasional. Hingga kini, blokade laut Gaza terus menjadi sorotan dunia internasional karena dianggap memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. (CNN/Z-2)