
UPAYA diplomatik untuk mengakhiri hampir dua tahun perang di Jalur Gaza kembali memasuki babak baru. Delegasi dari Israel, Hamas, dan Amerika Serikat dijadwalkan tiba di Kairo pada Minggu (5/10) waktu setempat untuk membahas gencatan senjata serta pembebasan sandera yang masih ditahan di Gaza.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan telah mengirim tim negosiasi ke Mesir guna “merampungkan rincian teknis” kesepakatan, menyusul tanggapan positif Hamas terhadap peta jalan (roadmap) yang diajukan Presiden AS Donald Trump.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengonfirmasi bahwa Kairo akan menjadi tuan rumah pertemuan antara perwakilan Hamas dan Israel untuk membahas “situasi di lapangan serta mekanisme pertukaran tahanan Israel dan Palestina.”
Menurut sejumlah sumber yang dekat dengan pemerintah, pembicaraan tidak langsung akan digelar pada Minggu dan Senin (6/10).
Dari Washington, Gedung Putih mengumumkan bahwa Trump telah mengutus Jared Kushner dan negosiator utama Timur Tengah, Steve Witkoff, untuk memantau langsung jalannya perundingan di Kairo.
Trump menegaskan tidak akan menoleransi penundaan dari pihak Hamas. “Mereka harus bergerak cepat menuju kesepakatan, jika tidak semua taruhan akan dibatalkan,” ujarnya dikutip dari AFP.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Netanyahu mengaku optimistis bahwa para sandera dapat dipulangkan dalam beberapa hari ke depan.
“Saya berharap dalam beberapa hari ke depan, seluruh sandera bisa kembali ke rumah, bertepatan dengan perayaan Sukkot,” katanya, merujuk pada hari raya Yahudi yang dimulai Senin besok.
Sementara itu Hamas, dalam pernyataannya pada Jumat malam, menyatakan kesanggupan mereka menyetujui proposal tersebut.
“Persetujuan untuk membebaskan seluruh sandera, baik yang masih hidup maupun jenazah, sesuai dengan formula pertukaran yang tercantum dalam proposal Presiden Trump," kata pernyataan resmi Hamas.
Trump langsung menyambut pernyataan tersebut sebagai tanda bahwa Hamas “siap untuk perdamaian abadi”, seraya mendesak Israel menghentikan serangan udara. Namun Netanyahu menegaskan bahwa “Hamas akan dilucuti senjatanya, baik melalui jalur diplomatik lewat rencana Trump maupun secara militer.”
Ribuan warga Israel pada Sabtu malam turun ke jalan di Tel Aviv dan Yerusalem, menyerukan diakhirinya perang serta mendesak pemerintahan Trump agar memastikan kesepakatan tercapai sebelum peringatan dua tahun serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Serangan Tetap Berlanjut
Kendati Trump telah menyerukan penghentian sementara operasi militer, Israel tetap melancarkan serangan udara dan darat di berbagai wilayah Gaza pada Sabtu.
“Korban tewas akibat serangan sejak dini hari mencapai 57 orang, termasuk 40 di Kota Gaza,” kata juru bicara badan pertahanan sipil yang beroperasi di bawah otoritas Hamas, Mahmud Bassal.
Pasukan Israel mengonfirmasi masih melanjutkan operasi di sekitar Kota Gaza dan memperingatkan warga untuk tidak kembali ke wilayah tersebut karena “sangat berbahaya.”
Mahmud Al-Ghazi, warga Al-Rimal, menyebut serangan justru meningkat sejak seruan jeda dari Trump. “Israel malah memperburuk situasi. Kami butuh negosiasi yang cepat untuk menghentikan genosida ini,” ujarnya.
Rencana Pasca-Perang
Seorang pejabat Hamas mengatakan, Mesir juga akan menjadi tuan rumah konferensi antar-faksi Palestina untuk membahas masa depan Gaza setelah perang berakhir.
Rencana Trump menegaskan bahwa Hamas dan kelompok bersenjata lainnya tidak akan dilibatkan dalam pemerintahan Gaza pascaperang. Proposal tersebut mencakup penghentian permusuhan, pembebasan sandera dalam 72 jam, penarikan bertahap pasukan Israel, serta pelucutan senjata Hamas.
Pengelolaan wilayah Gaza nantinya akan diserahkan kepada badan teknokrat yang berada di bawah otoritas transisi, dengan Trump sebagai kepala pengawasnya.
Seorang jurnalis AFP di kawasan pesisir Al-Mawasi melaporkan terdengar seruan takbir dari tenda-tenda pengungsi setelah kabar kesediaan Hamas menyetujui rencana Trump menyebar.
“Hal terbaik adalah Presiden Trump sendiri yang mengumumkan gencatan senjata. Kali ini Netanyahu tidak akan bisa menghindar, hanya Trump yang bisa memaksa Israel menghentikan perang,” ujar Sami Adas, warga Gaza berusia 50 tahun yang kini tinggal di tenda bersama keluarganya.
Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.219 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data resmi Israel. Sebagai balasan, ofensif militer Israel telah menewaskan sedikitnya 67.074 warga Palestina di Gaza, berdasarkan data Kementerian Kesehatan setempat yang dinilai dapat dipercaya oleh PBB. Lebih dari separuh korban dilaporkan merupakan perempuan dan anak-anak. (Ndf/I-1)