Liputan6.com, Jakarta - Selama hampir 40 tahun, World Food Programme (WFP) telah menyediakan makanan bagi anak sekolah di Kenya. Di tahun 2019, seluruh tanggung jawab pendanaan dan operasional program makan gratis diambil alih pemerintah.
Program makan gratis di sekolah ini memberi dampak besar. Dilansir dari World Food Program USA, lebih dari 1,5 juta anak mendapat asupan harian bergizi.
Bagi sebagian anak, program ini merupakan satu-satunya makanan yang bisa diandalkan. Makanan sekolah terbukti meningkatkan kesehatan, kehadiran, dan prestasi belajar anak-anak.
Selain memberi manfaat langsung bagi murid, program ini juga menggerakkan perekonomian lokal. Sejak tahun 2009, pemerintah meluncurkan Homegrown School Meals dengan membeli bahan pangan dari petani kecil melalui mekanisme langsung ke sekolah.
Para komite sekolah, orangtua, dan masyarakat lain membeli makanan segar dari petani lokal melalui proses penawaran yang kompetitif. Sistem ini menciptakan pasar yang stabil bagi petani dan investasi ketahanan pangan di tanah mereka.
Meningkatkan Akses Pendidikan Anak
Hingga 2016, sekitar 60 persen makanan sekolah sudah dikelola oleh pemerintah. "Program pembelian bahan pangan langsung dari petani lokal (Local and Regional Procurement) merupakan alasan yang membuat Kenya mampu mengelola program makan gratis sekolah secara mandiri," kata Direktur WFP Kenya, Annalisa Conte.
Kenya kini bergabung dengan 38 negara lain yang telah lulus dari program WFP. Program makan gratis berbasis pangan lokal ini terbukti meningkatkan akses pendidikan, khususnya di wilayan rentan.
Bagi anak-anak dari keluarga miskin, makanan sekolah sering kali menjadi satu-satunya asupan bergizi dalam sehari. Hal ini membuat mereka tetap sehat dan mampu mengikuti pelajaran.
Selain itu, tingkat kehadiran dan kelulusan terbukti meningkat, terutama di kalangan anak perempuan. Program ini juga menekan angka pernikahan dini karena memberi anak perempuan kesempatan lebih lama di sekolah.
Dua kali peraih medali perak Olimpiade sekaligus Duta WFP, Paul Tergat, bahkan mengungkapkan pengalam pribadinya, “Makanan itu memberi saya kekuatan untuk mulai berlari ke dan dari sekolah. Itu menjadi bagian penting perjalanan olahraga saya.”
Cerita Tergat menjadi bukti nyata bagaimana satu piring makanan sederhana bisa membuka jalan menuju masa depan yang lebih baik.
Pemberdayaan Petani Kecil
Salah satu inovasi penting dari program ini adalah pendekatan Homegrown School Meals yang diluncurkan pada 2009. Alih-alih mengandalkan impor, sekolah membeli langsung bahan pangan segar dari petani kecil di daerah sekitarnya.
Dana ditransfer ke sekolah dan digunakan oleh komite terdiri dari guru, orangtua, dan anggota masyarakat untuk membeli kebutuhan pangan lewat proses lelah terbuka.
Dengan begitu, petani bisa mengakses kredit dan berani berinvestasi untuk meningkatkan produktivitas. Mereka juga mendapat pelatihan agar panen lebih berkualitas dan berkelanjutan.
Menurut catatan WFP, jumlah anak penerima manfaat melonjak dari 200 ribu pada 2009 menjadi hampir 1 juta pada 2016. Mekanisme ini membuat ketahanan pangan masyarakat semakin kuat dan memberikan manfaat bagi pendidikan dan ekonomi desa.
Inovasi Mengurangi Limbah Pangan
Selain mendukung petani kecil, Kenya juga menghadirkan ide kreatif untuk mengurangi biaya sekaligus limbah pangan. Salah satunya melalui proyek Transformers, dengan memanfaatkan sayuran 'jelek' yang ditolak pasar ekspor.
Sejak dijalankan oleh WFP Innovation Accelerator, lebih dari 110.000 pon brokoli, kacang polong, dan buncis yang semestinya terbuang berhasil diselamatkan. Sayuran ini kemudian diolah menjadi makanan sehat untuk ribuan murid di sekolah-sekolah sekitar Nairobi.
Di Little Bells Primary School, misalnya, para juru masak menyajikan kacang hijau lokal yang ditolak pasar ekspor tetapi tetap bernutrisi tinggi. “Ugly vegetables” ini membuktikan bahwa makanan sehat tidak harus mahal atau sempurna penampilannya.
Inovasi semacam ini bukan hanya efisien dari segi biaya, tetapi juga memastikan lebih banyak anak sekolah mendapatkan akses makanan bergizi setiap hari.
Dukungan Internasional dan Keberlanjutan
Kesuksesan Kenya tidak lepas dari dukungan internasional, termasuk Amerika Serikat melalui program McGovern-Dole Food for Education yang sejak 2002 telah mendukung jutaan anak di seluruh dunia dengan komoditas dari petani AS.
Pada 2014, Kongres AS mengesahkan Local and Regional Procurement (LRP), yang memungkinkan pembelian produk lokal dari petani kecil, khususnya perempuan.
Dukungan juga datang dari perusahaan seperti Cargill dan General Mills, serta para donatur individu di AS. Dengan biaya rata-rata 25 sen per porsi, manfaatnya sangat besar.
“Ini bukan hanya tentang literasi, tetapi juga ketahanan pangan, praktik higienis, sanitasi, kesehatan, pembangunan kembali sistem sekolah dan pendidikan, pemberdayaan perempuan dan keterlibatan masyarakat lokal dan regional. Ini tentang semua target ini digabungkan,” kata Wakil Administrator Departemen Pertanian AS, Jocelyn Brown.