NAYSILLA Rose Fahriya Taufiq berlinang air mata mengisahkan rencana pernikahannya dengan aktivis aksi Kamisan Muhammad Fakhrurrozi atau disapa Paul. Semula mereka menjadwalkan pesta itu pada 27 November 2025 di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Baju pernikahan, maskawin, undangan, dan gedung telah mereka siapkan jauh-jauh hari. Buku berjudul Kota-Kota di Indonesia bertanda tangan penulisnya, Marco Kusumawijaya telah Paul siapkan untuk kekasih hatinya itu.
Semua rencana itu buyar setelah belasan anggota Kepolisian Daerah Jawa Timur menangkap Paul di rumah kontrakan di Desa Sinduharjo, Sleman pada Sabtu sore, 27 September 2025. "Terpaksa kami undur," kata Chilla, sapaan Naysilla kepada Tempo, Senin, 6 Oktober 2025.
Polisi menetapkan Paul sebagai tersangka dengan tuduhan pasal penghasutan dan pengeroyokan pada demonstrasi akhir Agustus yang berujung kerusuhan di Kediri, Jawa Timur. Penyidik mencecar Paul dengan 91 pertanyaan, di antaranya soal peran Paul dalam Komite Politik. Komite itu sebuah gerakan pendidikan politik progresif yang kerap melontarkan kritik terhadap pemerintah. Paul kini mendekam di rumah tahanan Polda Jatim.
Selama sepekan lebih di rutan, keluarga dan kuasa hukum Paul menyatakan kesulitan menemui Paul. Anggota keluarga Paul dan kuasa hukumnya dari Lembaga Bantuan Hukum Surabaya menyatakan terjadi pembatasan kunjungan. Adik Paul, Alhilal Muzakkir misalnya hanya bisa menemui Paul sekali. Alhilal hanya bisa berbicara sekitar 15 menit saat Paul sampai di Polda Jatim pada hari penangkapannya. "Selebihnya saya hanya boleh berpapasan dan komunikasi lewat ponsel polisi," kata Alhilal.
Seperti Chilla, Alhilal sedih kakaknya harus menunda pernikahan. Pertemuan keluarga Paul dari Batam dan Chilla yang semula direncanakan untuk membahas semua persiapan pernikahan batal. Chilla dan Paul merupakan aktivis aksi Kamisan yang aktif berkegiatan di Social Movement Institute, organisasi nirlaba yang menyuarakan isu hak asasi manusia dan keadilan sosial. Keduanya berpacaran sejak lima tahun lalu setelah intens bertemu di aksi Kamisan. Lima tahun mereka berpacaran.
Chilla merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta banyak terlibat dalam berbagai forum diskusi yang membahas kebebasan sipil dan hak asasi manusia. Sejak duduk di bangku sekolah menengah atas, perempuan 23 tahun itu rutin mengikuti aksi Kamisan di kawasan Tugu Yogyakarta. Ia terkesima mendengar orasi Suciwati, isteri aktivis HAM Munir Said Talib.
Chilla pernah berunjuk rasa gelombang demonstrasi Reformasi Dikorupsi yang memprotes Revisi Undang-Undang KPK. Guru sekolah Chilla pernah memberikan peringatan karena aksinya itu. Sejak bersekolah di sekolah menengah pertama, Chilla sudah melahap berbagai buku bacaan di antaranya Tetralogi Pulau Buru karya novelis Pramoedya Ananta Toer. Ia juga kerap membaca seri buku Tempo yang mengulas berbagai tokoh politik seperti Sjahrir, Tan Malaka, Sukarno, Wiji Thukul, dan Chairil Anwar.
Adapun, Paul punya rekam jejak aktivisme yang panjang. Dia pernah menjadi Direktur Klinik Advokasi dan Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia, magang di LBH Jakarta, inisiator dapur umum Solidaritas Pangan Yogyakarta saat Pandemi Covid-19, inisiator Festival Keadilan di 17 kota di Jawa.
Lelaki 27 tahun itu juga pernah menjadi koordinator pameran tentang Munir, inisiator konser musik untuk kemanusiaan, inisiator festival literasi di 20 kota di Jawa, koordinator pesantren Ramadhan: Islam, Anak Muda, dan Palestina, dan koordinator pameran surat cinta untuk polisi. Paul merupakan alumnus Fakultas Hukum UII, lulus pada 2021.
Kecocokan visi dalam dunia aktivisme itulah yang membuat Chilla jatuh hati dengan Paul. Menurut Chilla, dunia aktivisme mengajarkan berbagai nilai dalam hidup yang patut terus diperjuangkan. Setelah Paul ditangkap polisi, kini Chilla harus bersiap menghadapi penyidik Polda Jatim. Pada 1 Oktober 2025, Polda Jatim mengirim surat panggilan kepada Chilla untuk datang ke Polda Jatim sebagai saksi. "Ya kami hadapi. Kami tak mau diam dalam negara yang sakit karena represif," tutur Chilla.
Berbagai aksi solidaritas mendukung pembebasan Paul terus mengalir. Dukungan datang akademisi, aktivis, mahasiswa, jurnalis, penulis, musisi, dan seniman. Aksi solidaritas itu diwujudkan melalui berbagai demonstrasi Aliansi Jogja Memanggil, aksi Kamisan, pengajuan surat penangguhan penahanan, dan pernyataan bersama keluarga besar UII.
Deretan nama yang mengajukan penangguhan penahanan di antaranya pengamat politik Rocky Gerung, pengajar University of Melbourne Vedi R.Hadiz, pengajar Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera Bivitri Susanti, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Busyro Muqoddas, dosen Universitas Gadjah Mada Zainal Arifin Mochtar, Rektor Universitas Indonesia Fathul Wahid, Direktur Pusat Studi Agama dan Demokrasi UII Masduki, mantan Ketua Komisi Yudisial Suparman Marzuki, dosen UII Eko Riyadi, anggota Serikat Pekerja Kampus Abdul Mughis, dan Feri Amsari dosen Universitas Andalas.
Menurut Chilla dukungan dan solidaritas yang terus mengalir untuk Paul itu penting dan berarti. "Menguatkan kami. Ini bukan sekadar untuk Paul, tapi perjuangan untuk demokrasi dan kebebasan sipil," kata Chilla.
Pilihan Editor: Ancaman di Balik Permintaan Data TikTok Periode Akhir Agustus 2025