Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Taruna Ikrar memberi respons soal temuan udang beku yang tercemar radioaktif Cesium-137 (Cs-137). Pihaknya tengah melakukan koordinasi dengan United State Food and Drug Administration (US FDA).
“Sekarang kita lagi berkoordinasi dengan Badan POM Amerika, karena kan temuannya dari Badan POM Amerika, US FDA,” kata Taruna kepada wartawan di Jakarta, Kamis (2/10/2025).
Dia menambahkan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah joint assessment antara BPOM dengan US FDA serta berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan.
“(Langkah selanjutnya) dalam bentuk joint assessment antara Badan POM Indonesia dengan US FDA. Nanti kita akan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan,” ujarnya.
Sebelumnya, FDA melaporkan adanya paparan radioaktif pada udang beku yang dikirim dari Indonesia.
Kontaminasi radionuklida Cesium 137 (Cs-137) ditemukan di kawasan industri Cikande, Serang, Banten.
Terkait temuan cemaran ini, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan mengatakan telah melakukan pemeriksaan terhadap pekerja dan masyarakat di sekitar kawasan industri Cikande.
Terdapat 9 orang yang diduga terkontaminasi dan langsung ditangani dengan obat asal Singapura.
Pria yang akrab disapa Zulhas mengatakan bahwa ada 1.562 orang yang diperiksa di kawasan perusahaan pengolah stainless steel PT Peter Metal Technology (PMT) dan PT Bahari Makmur Sejahtera (BMS) selaku pengemas udang beku. Didapat 9 orang yang perlu penanganan.
"Pemerintah telah melakukan pemeriksaan terhadap tadi 1.562 pekerja dan masyarakat dan tidak menimbulkan dampak serius," kata Zulkifli usai rapat koordinasi di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Selasa (30/9/2025) mengutip Bisnis Liputan6.com.
"Hanya ada sembilan orang tadi dan itu sudah ditangani oleh Kementerian Kesehatan dan sudah dibawakan obat khusus dari Singapura," dia menambahkan.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir menemukan paparan zat radioaktif Sesium-137 di Kawasan Industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten. Temuan ini merupakan tindak lanjut dari informasi kontaminasi radioaktif dalam produk udang beku dari perusahaan as...
Tetapkan Status Kejadian Khusus
Zulhas telah menetapkan status kejadian khusus radiasi radionuklida Cs-137 di Kawasan Industri Moderen Cikande. Dia turut memastikan perlindungan kepada masyarakat.
"Pemerintahan atau Satgas terus melakukan pemantauan ketat, memberikan pelindungan bagi pekerja dan masyarakat terdampak," tegas Zulhas.
Dia juga memastikan, udang beku tercemar radioaktif tidak mengganggu rantai pasok lokal maupun ekspor.
Dia menuturkan, hal ini sebagai hasil investigasi dari satuan tugas (Satgas) yang dibentuk sejak 11 September 2025. Sehingga dipastikan tidak ada penyebaran ke wilayah lain.
"Investigasi Satgas memastikan kontaminasi Cs-137 hanya terjadi di Cikande, tidak pada rantai pasok nasional maupun ekspor. Jadi hanya satu titik di Cikande," kata Zulhas.
Tim yang dipimpinnya itu pun mengatakan telah menetapkan status khusus di kawasan yang diduga sebagai sumber paparan radioaktif. Tujuannya untuk memudahkan dekontaminasi kawasan dari radiasi radioaktif.
"Langkah-langkah sudah dilakukan. Jadi status kejadian khusus itu di Cikande, Kawasan industri Modern Cikande, di situ, agar jelas, terang hanya kawasan industri khusus Cikande Ini saya ulang-ulang lagi, tidak ada di tempat lain," tegas dia.
Dampak Buruk Paparan Radioaktif bagi Kesehatan
Paparan radioaktif Cesium-137 seperti ditemukan pada udang beku di Cikande, Banten dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
“Paparan radioaktif bagi tubuh manusia itu tentu serius ya, paparan radiasi seperti Cesium-137 itu dapat menimbulkan efek serius dalam bentuk akut ataupun kronis,” kata ahli keamanan kesehatan global (global health security) dr. Dicky Budiman, M. Sc.PH, kepada Health Liputan6.com, Rabu (1/10/2025).
Efek akut biasanya disebut acute radiation syndrome atau ARS akibat paparan dosis tinggi dalam waktu singkat. Biasanya menimbulkan mual, muntah, diare, kelemahan, bahkan kerontokan rambut.
“Sampai ada potensi pendarahan hingga kematian, termasuk gangguan sumsum tulang,” jelas dokter yang juga merupakan ahli kesehatan lingkungan.
Sedangkan, efek kronis disebabkan paparan radioaktif dengan dosis rendah dan berlangsung lama.
“Ini biasanya akan menyebabkan peningkatan risiko kanker khususnya leukemia, kanker paru, atau kanker kulit. Termasuk bisa menyebabkan infertilitas atau kemandulan, katarak, gangguan sistem imun dan penuaan dini dari sel,” jelasnya.
Jika bicara radioaktif, sambung Dicky, maka ada dampak pada genetik. Efek genetik ini berupa perubahan DNA yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya.
“Tapi ini tergantung dosis juga durasi (paparan radioaktif), 2D dose and duration.”
Tak henti di situ, efek organ spesifik juga bisa terjadi. Misalnya jika paparannya menyerang tiroid, maka bisa memicu kanker tiroid terutama jika kontaminannya iodium radioaktif. Bisa juga menyerang kulit atau radiodermatitis.
“Kanker akibat radiasi bisa leukemia kanker darah, tiroid, paru, payudara dan gangguan hematologi akibat kerusakan sumsum tulang yang akhirnya menyebabkan anemia aplastik atau gangguan pembekuan darah.”
“Juga efek neurologis, kalau paparan itu sangat tinggi. Bahkan efek psikososial, kecemasan, depresi, ini juga bisa terjadi,” Dicky menjelaskan.
Mengenal Cs-137
Menurut United State Environmental Protection Agency (EPA) Cesium (Cs) adalah logam lunak, fleksibel, dan berwarna perak yang mencair mendekati suhu ruangan. Tetapi mudah berikatan dengan klorida membentuk bubuk kristal.
Bentuk radioaktif cesium yang paling umum adalah Cs-137. Cesium-137 diproduksi melalui fisi nuklir untuk digunakan dalam peralatan medis dan alat ukur. Cesium-137 juga merupakan salah satu produk sampingan dari proses fisi nuklir dalam reaktor nuklir dan uji coba senjata nuklir.
Karena Cs-137 berikatan dengan klorida membentuk bubuk kristal, ia bereaksi di lingkungan seperti garam dapur (natrium klorida). Karakteristiknya, mudah bergerak di udara, mudah larut dalam air, terikat kuat pada tanah dan beton, tetapi tidak bergerak terlalu jauh ke bawah permukaan.
Tanaman dan vegetasi yang tumbuh di dalam atau di dekat tanah yang terkontaminasi dapat menyerap sejumlah kecil Cs-137 dari tanah. Sejumlah kecil Cs-137 dapat ditemukan di lingkungan dari senjata nuklir dan kecelakaan reaktor nuklir.
Paparan eksternal terhadap Cs-137 dalam jumlah besar dapat menyebabkan luka bakar, penyakit radiasi akut, dan bahkan kematian. Paparan dalam jumlah besar tersebut dapat berasal dari kesalahan penanganan sumber industri Cs-137 yang kuat, ledakan nuklir, atau kecelakaan nuklir besar.
“Paparan Cs-137 dapat meningkatkan risiko kanker karena adanya radiasi gamma berenergi tinggi. Paparan internal Cs-137 melalui konsumsi atau inhalasi memungkinkan bahan radioaktif tersebut terdistribusi di jaringan lunak, terutama jaringan otot, yang meningkatkan risiko kanker,” mengutip epa.gov, Rabu (1/10/2025).