Liputan6.com, Jakarta Ballon d’Or 2025 di Theatre du Chatelet, Paris, Senin (22/9/2025) malam, menghadirkan drama yang tak hanya soal sepak bola. Ajang ini menjadi saksi lahirnya momen emosional yang menggetarkan hati dunia.
Ousmane Dembele keluar sebagai pemenang Ballon d’Or pria 2025 setelah musim gemilang bersama PSG. Ia mengalahkan Lamine Yamal yang finis di urutan kedua, diikuti Vitinha di peringkat ketiga. Mohamed Salah dari Liverpool berada di posisi keempat, sementara Raphinha menutup daftar lima besar.
Namun, kemenangan Dembele hanyalah satu bagian dari cerita malam penuh emosi itu. Dari pidato haru untuk ibunya, kehadiran rombongan besar keluarga Yamal termasuk nenek Fatima, hingga penghormatan terakhir untuk mendiang Diogo Jota, semua meninggalkan jejak mendalam.
Sorot lampu Paris malam itu tidak hanya untuk para bintang di lapangan. Kehangatan keluarga, pengorbanan generasi, dan rasa kehilangan juga ikut berpadu, menjadikan Ballon d’Or 2025 sebagai salah satu yang paling humanis dalam sejarah.
Tangis Dembele untuk Ibunya
Ousmane Dembele tak kuasa menahan air mata saat naik ke panggung. Setelah menerima trofi Ballon d’Or, ia langsung mengarahkan kata-kata penuh makna untuk keluarganya.
“Untuk ibuku, aku ingin mengucapkan terima kasih. Mama selalu ada untukku,” ucap Dembele dengan suara bergetar, via Sportbible.
Pemain berusia 28 tahun itu memang menjalani perjalanan panjang dan penuh tantangan. Dukungan keluarga menjadi salah satu fondasi keberhasilannya hingga kini.
“Untuk keluargaku, kita telah mengalami begitu banyak hal bersama. Kita telah melalui semuanya. Kita akan selalu bersama,” tambahnya. Pidato singkat itu mengubah ruang megah Theatre du Chatelet menjadi lautan haru.
Nenek Jadi Inspirasi Yamal
Lamine Yamal datang bukan hanya sebagai runner-up Ballon d’Or 2025, tapi juga sebagai sosok muda yang membawa rombongan besar keluarganya. Sekitar 20 orang hadir mendukungnya, termasuk sang nenek, Fatima.
Sang nenek memiliki kisah perjuangan luar biasa dan ikut andil membentuk Yamal hingga berada di posisinya sekarang ini. Bintang Barca berusia 18 tahun itu mengenangnya dengan penuh hormat, bagaimana Fatima datang seorang diri dari Maroko menuju Catalonia demi masa depan keluarga.
“Yang pertama tiba, dari pihak ayah saya, adalah nenek saya, yang datang sendirian dengan bus dari Maroko. Ia menyelinap ke dalam bus, berhenti di Algeciras dan Granada, dan akhirnya tiba di Mataro. Ia mulai bekerja shift pagi, siang, dan malam untuk menabung agar dapat membiayai ayah saya,” ungkap Yamal beberapa waktu lalu, via Bein Sports.
Cerita itu menegaskan bahwa di balik gemerlap trofi dan sorotan media, ada pengorbanan besar dari keluarga yang jarang terlihat publik.
Tribute Haru untuk Jota
Momen lain yang tak kalah menyentuh datang ketika dunia sepak bola memberi penghormatan untuk Diogo Jota. Mantan striker Liverpool itu meninggal tragis pada Juli 2025 dalam kecelakaan mobil bersama saudaranya, Andre Silva.
Janda Jota, Rute Cardoso, hadir di Paris untuk menerima tribute spesial. Video berisi momen terbaik Jota diputar, membuat suasana seisi ruangan hening seketika.
“Musim panas ini, keluarga besar sepak bola sangat terkejut ketika kami mengetahui meninggalnya Diogo Jota, yang meninggal bersama saudaranya, Andre Silva,” ujar pembawa acara Kate Scott, via Liverpool Echo.
Legenda Belanda, Ruud Gullit, menambahkan: “Jota adalah sosok favorit penggemar yang memberikan segalanya untuk klub dan negaranya, dan dicintai oleh rekan satu tim serta para pendukungnya. Bersama-sama, mari kita mengenang mereka.”
Sebuah video kemudian diputar, menampilkan cuplikan momen-momen terbaik karier kedua bintang Portugal tersebut, serta penghormatan yang diberikan kepada mereka di lapangan selama beberapa bulan setelah kepergian mereka. Setelahnya, Scott berkata: "Kami tahu bahwa keluarga mereka sebenarnya ada di sini bersama kami malam ini, jadi kami ingin menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas kehilangan Anda."
(Sportbible/Bein Sports/Liverpool Echo)