Liputan6.com, Jakarta Christian Vieri memuji Inter Milan. Dalam pandangannya, tak ada tim di Serie A yang menandingi cara bermain dan kualitas permainan yang ditunjukkan pasukan Cristian Chivu di awal musim 2025/26. Ucapan itu bukan sekadar nostalgia seorang mantan bomber Nerazzurri, melainkan penilaian jujur terhadap tim yang kini tampil atraktif dan efektif.
Di bawah asuhan Chivu, Inter tampil seperti mesin yang terus menghasilkan peluang tanpa henti. Dari lini belakang hingga lini depan, semua pemain berkontribusi mencetak gol. Hasilnya, dalam beberapa pekan terakhir, Inter kembali menapaki jalur kemenangan dan menjaga asa dalam perburuan Scudetto.
Meski sempat tersandung di awal September dengan dua kekalahan beruntun, kebangkitan mereka terasa cepat dan meyakinkan. Tiga kemenangan berturut-turut di Serie A—termasuk kemenangan telak 4-1 atas Cremonese—membuktikan bahwa mentalitas tim sudah pulih sepenuhnya.
Di pentas Eropa pun, Inter tampil memukau. Dalam dua laga fase liga Liga Champions, mereka mengemas kemenangan agregat 5-0 yang memperlihatkan keseimbangan antara kreativitas dan efisiensi. Tim ini bukan hanya kuat, tetapi juga menghibur.
Bagi Christian Vieri, yang mengenal baik atmosfer San Siro dan tekanan di klub sebesar Inter, semua itu bermula dari satu hal: keberanian dan visi Cristian Chivu.
Belanja Cerdas dan Perubahan Wajah Inter
Vieri menilai bahwa kunci kebangkitan Inter musim ini juga berasal dari langkah cerdas di bursa transfer. “Mereka membeli Manuel Akanji, bek terkuat di pasar,” ujarnya kepada DAZN. “Ada pula Petar Sucic, Pio Esposito, dan Ange-Yoan Bonny, dua penyerang yang sangat kuat. Inter melakukan pekerjaan hebat di bursa transfer.”
Kehadiran para pemain baru itu bukan sekadar memperkuat kedalaman skuad, tetapi juga memberi dimensi berbeda dalam permainan Inter. Akanji membawa ketenangan di belakang, sementara kombinasi pemain muda seperti Esposito dan Bonny menambah variasi di lini depan.
Bagi Chivu, hal ini memungkinkannya membangun sistem yang fleksibel. Setiap pemain memahami peran ofensifnya, bahkan bek sayap seperti Federico Dimarco sering menjadi senjata utama dalam menyerang.
Gaya Bermain yang Tak Tertandingi
“Tak ada yang bermain seperti Inter di Serie A,” ucap Vieri lugas. “Mereka menciptakan begitu banyak peluang, semua mencetak gol.” Kalimat itu seolah menggambarkan identitas baru Inter di bawah Chivu—sebuah tim yang menyerang dari segala arah dan tidak bergantung pada satu sosok.
Vieri bahkan memberikan pujian khusus untuk Federico Dimarco. “Federico Dimarco mengirimkan umpan silang yang membuat saya gila. Tak ada yang seperti dia di Eropa. Saya bahkan mengatakan kepadanya, itu membuat saya gila. Karena itu saya memberinya nomor 32,” kata Vieri sambil tertawa.
Inter kini bermain dengan intensitas dan rasa lapar yang tinggi. Setiap serangan mereka terlihat terstruktur, tetapi tetap mengalir alami. Para pemain belakang ikut naik membantu serangan, sementara gelandang tak segan mengambil risiko untuk mencetak gol. Itulah mengapa dalam hampir setiap pertandingan, daftar pencetak gol mereka selalu berubah.
Chivu dan Mentalitas Baru di San Siro
Vieri juga tak lupa menyoroti pengaruh besar sang pelatih muda. “Inter sebelumnya kekurangan ketegasan dan agresivitas yang kini dibawa oleh pelatih baru,” ujarnya. “Direksi klub berani mengambil risiko dengan menunjuk pelatih muda yang punya sedikit pengalaman.”
Chivu, yang baru berusia 44 tahun, memang datang dengan tantangan besar. Namun, keputusan klub untuk mempercayakan proyek ini kepadanya terbukti tepat. Ia tak hanya mengubah sistem permainan, tetapi juga membangun kembali mentalitas juara yang sempat goyah.
Bagi Vieri, yang sempat mengenakan seragam biru-hitam dan tahu betapa beratnya menjaga konsistensi di Serie A, perubahan ini sangat berarti. Chivu bukan hanya membuat Inter menang, tetapi juga membuat mereka menikmati setiap pertandingan.