Moskow (ANTARA) - Pemimpin fraksi partai sayap kanan National Rally di parlemen Prancis, Marine Le Pen, mendesak Presiden Emmanuel Macron untuk membubarkan parlemen setelah Perdana Menteri Sebastien Lecornu mengundurkan diri pada Senin.
"Saya mendesaknya untuk membubarkan Majelis Nasional, karena kita sudah berada di ujung jalan, tidak ada solusi lain... Keputusan paling bijak dalam situasi seperti ini sudah diatur dalam Konstitusi Prancis: kembali ke kotak suara," kata Le Pen kepada BFMTV.
Sebelumnya, Istana Elysee mengumumkan bahwa Lecornu telah menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Macron, yang kemudian menerimanya.
Le Pen menyebut langkah Lecornu sebagai "tindakan bijak" dan menilai bahwa pengunduran diri Macron akan menjadi langkah bijak berikutnya, meski dia tidak secara langsung menyerukan hal tersebut.
"Jika dia memutuskan untuk mundur, itu juga akan menjadi langkah bijak. Tidak diragukan lagi, pembubaran parlemen tak terhindarkan," katanya.
Macron sendiri pada akhir Agustus menegaskan dirinya tidak akan mengundurkan diri sebelum masa jabatannya berakhir pada 2027.
Sehari sebelum mengundurkan diri, Lecornu sempat mengumumkan susunan kabinet baru yang hampir rampung, sekitar sebulan setelah dia diangkat pada September. Namun, susunan kabinet itu menuai kritik keras dari partai-partai oposisi utama.
Pengunduran diri Lecornu, yang belum genap sebulan menjabat, menjadikannya perdana menteri dengan masa jabatan tersingkat di Prancis dalam lebih dari enam dekade dan memicu krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sejak Macron terpilih kembali pada 2022, Prancis telah berganti lima perdana menteri. Pendahulu Lecornu, Francois Bayrou, mundur pada awal September setelah kehilangan dukungan di parlemen atas rencana penghematannya.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti
Baca juga: PM Prancis Sebastien Lecornu mundur di tengah kritik kabinet baru
Baca juga: Ditahan Israel, politisi Eropa peserta Flotilla mulai mogok makan
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.