
Pihak berwenang di negara bagian Madhya Pradesh, India, menangkap seorang dokter di distrik Chhindwara menyusul kematian belasan anak yang diduga akibat mengonsumsi sirup obat batuk tercemar. Kasus ini kembali mencuat setelah muncul rencana pembongkaran makam seorang balita untuk autopsi lanjutan.
Jenazah Balita Akan Diautopsi Ulang
Aparat kini mempertimbangkan membongkar makam Yogita Thakre, balita dua tahun yang meninggal pada 4 Oktober karena gagal ginjal akut (AKI) setelah diduga mengonsumsi sirup Coldrif yang terkontaminasi zat kimia berbahaya dietilen glikol (DEG).
“Jenazah balita perempuan tersebut mungkin akan digali kembali untuk diautopsi, demi memperoleh bukti ilmiah yang lebih kuat dan memperkuat penyelidikan,” ujar Kepala Kepolisian Distrik Chhindwara, Ajay Pandey, dikutip Indian Express, Senin (6/10).
Obat Diresepkan dan Dijual di Klinik Pribadi
Para orang tua korban, Prakash Yaduvanshi, yang kehilangan putra berusia enam tahun, dan Ameen Khan, yang kehilangan anak lima tahun, mengungkapkan bahwa Dr. Pravin Soni meresepkan kombinasi obat termasuk sirup batuk.
“Obat itu diresepkan oleh Dr. Soni, dan stafnya meminta kami membeli hanya di apotek milik kliniknya sendiri. Toko obat itu sepertinya dijalankan orang dekatnya,” tutur mereka.
Dua kematian lain di distrik tetangga Betul, yakni Kabir (4) dan Garvit (2,5), juga dikaitkan dengan pengobatan di klinik Dr. Soni di Parasia, Chhindwara. Keduanya meninggal pada 8 September dan 1 Oktober.
Dokter Dituding Jadi Kambing Hitam
Penangkapan Dr. Soni memicu kemarahan kalangan medis.
“Bagaimana mungkin seorang dokter dimintai pertanggungjawaban atas pemalsuan sirup yang tercemar zat beracun? Apakah dia yang memproduksi, mencampur bahan kimia, dan memasoknya ke apotek?” ujar Ketua Asosiasi Guru Kedokteran Madhya Pradesh, Dr. Rakesh Malviya.
Ia menegaskan, tugas dokter adalah mendiagnosis dan meresepkan obat, bukan mengawasi proses produksi. “Tanggung jawab memberantas obat palsu ada di tangan pemerintah dan otoritas kesehatan, bukan dokter,” katanya.
Nada serupa dilontarkan politisi oposisi sekaligus pelapor skandal Vyapam, Dr. Anand Rai. “Dokter dijadikan kambing hitam. Yang seharusnya diselidiki adalah pengawas dan distributor farmasi, bukan peresepnya,” tegasnya.
Deretan Kematian dan Fakta Laboratorium
Sebanyak 14 anak di Chhindwara meninggal antara 4 September dan 4 Oktober. Sebagian besar dirawat di rumah sakit Nagpur, Maharashtra, dengan gejala awal demam ringan sebelum mengalami anuria (penurunan drastis produksi urine), gagal ginjal akut, lalu meninggal.
Hasil biopsi menunjukkan adanya paparan zat toksik.
Uji laboratorium terhadap sirup Coldrif menemukan kadar dietilen glikol mencapai 48,6%, jauh melampaui batas aman 0,01%. Setelah hasil tersebut dikonfirmasi otoritas Tamil Nadu pada Sabtu (4/10), pemerintah negara bagian langsung melarang peredaran Coldrif.
Korban Diduga Lebih Banyak
Meski laporan resmi mencatat 11 kematian di Chhindwara dan Nagpur, sumber lokal menyebut jumlah korban bisa lebih tinggi, termasuk dari distrik Betul.
Negara bagian Kerala turut menangguhkan distribusi Coldrif sebagai langkah pencegahan, meski belum ditemukan batch tercemar di wilayahnya. “Langkah ini diambil secara proaktif,” kata Menteri Kesehatan Kerala, Veena George.
Investigasi otoritas farmasi menemukan Kataria Pharmaceuticals di Jabalpur memesan 660 botol Coldrif dari Chennai. Sebanyak 594 botol telah dijual di Chhindwara, sementara 66 disita. Dari botol yang disita, 16 diambil sampel untuk diuji, dan 50 dibekukan guna mencegah distribusi lebih lanjut. (Z-10)