
Kendati menghadapi banyak persoalan di lapangan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) dianggap sebagai langkah strategis dalam membangun generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif. Ketua Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) Cabang Kota Manado, Lukman Fajar Setyawan, mengatakan keberhasilan program MBG hanya akan berhasil jika pemerintah bisa memastikan kualitas gizi dan kandungan nutrisinya.
“Dari kacamata medis, pemenuhan gizi seimbang tidak cukup hanya dengan kuantitas makanan, tetapi juga kualitas zat gizi makronutrien dan mikronutrien,” ujar Lukman, Senin (6/10).
Ia menegaskan bahwa pelaksanaan MBG perlu memperhatikan komposisi protein, vitamin, dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak usia sekolah. Prinsip gizi seimbang, lanjutnya, harus menjadi dasar utama dalam penyusunan menu agar manfaat kesehatan dapat dirasakan secara maksimal.
“MBG perlu memastikan variasi protein, vitamin, dan mineral sesuai kebutuhan anak sekolah. Akan sangat baik bila menu MBG mengangkat potensi pangan lokal,” tambahnya.
Lukman juga menyoroti pentingnya pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai bagian dari strategi keberlanjutan program. Ia mencontohkan, Sulawesi Utara memiliki potensi pangan yang kaya, mulai dari ikan laut tinggi protein hingga sayuran dan buah tropis yang melimpah vitamin.
“Jika potensi lokal ini dioptimalkan dalam MBG, program ini tidak hanya memenuhi standar gizi anak sekolah, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan dan mendukung kemandirian masyarakat Manado serta Sulawesi Utara,” jelasnya.
Selain memperkuat kesehatan pelajar, pendekatan berbasis pangan lokal juga diyakini akan memberi efek ganda bagi ekonomi daerah. Keterlibatan petani, nelayan, dan pelaku UMKM dalam rantai pasok MBG, menurut dr. Lukman, akan membantu menciptakan ekosistem pangan yang berkelanjutan.
“Ketika MBG melibatkan masyarakat lokal dalam penyediaan bahan makanan, maka program ini bukan hanya soal kesehatan anak-anak, tetapi juga pemberdayaan ekonomi rakyat,” ujarnya.
Ia menambahkan, ke depan program MBG perlu terus dievaluasi dan dikembangkan dengan melibatkan ahli gizi, tenaga kesehatan, dan lembaga pendidikan agar benar-benar menjadi gerakan nasional untuk membangun generasi yang sehat dan berdaya saing. (Ant/E-3)