Liputan6.com, Jakarta Pertemuan antara Juventus dan AC Milan di Allianz Stadium pada pekan ke-6 Serie A 2025/26 berakhir tanpa gol. Skor 0-0 mungkin tampak membosankan di atas kertas, tetapi kenyataannya, laga ini penuh ketegangan, peluang, dan drama di kedua sisi.
Juventus datang ke laga ini dengan empat hasil imbang beruntun di semua ajang. Igor Tudor berusaha membawa timnya keluar dari tren tersebut, sekaligus mempertahankan rekor tak terkalahkan di Serie A musim ini. Di sisi lain, Milan bertekad menebus hasil kurang maksimal mereka di pekan sebelumnya.
Sayangnya, babak pertama berjalan dalam tempo lambat. Kedua tim bermain hati-hati dan saling menunggu kesalahan lawan. Pertarungan lebih banyak terjadi di lini tengah ketimbang di area berbahaya. Para penonton di Turin baru mendapat hiburan sesungguhnya di paruh kedua laga.
Juventus hampir membuka keunggulan ketika Federico Gatti melepaskan tembakan voli jarak dekat. Namun, Mike Maignan tampil luar biasa dengan refleks cepat menepis bola. Tak lama berselang, Juventus hampir gigit jari setelah Lloyd Kelly menjatuhkan Santiago Gimenez di kotak penalti.
Sayang bagi Milan, Christian Pulisic gagal menuntaskan peluang itu. Tendangannya melambung jauh di atas mistar. Rossoneri sebenarnya masih sempat punya peluang terakhir lewat Rafael Leao, tapi penyelesaiannya meleset dalam situasi satu lawan satu dengan Michele Di Gregorio.
Dinding Juventus Masih Tangguh
Meski gagal mencetak gol, Juventus kembali menunjukkan kekuatan di lini belakang. Michele Di Gregorio menjadi salah satu bintang malam itu, dengan serangkaian penyelamatan penting dari peluang Pulisic, Leao, hingga Gimenez. Ia memastikan satu poin tetap aman di tangan Bianconeri.
Federico Gatti tampil sebagai bek terbaik malam itu. Ia solid, fokus, dan nyaris mencetak gol andai bukan karena aksi brilian Maignan. Sementara itu, Daniele Rugani tampil tenang di sampingnya, menjaga keseimbangan di area belakang. Sebaliknya, Lloyd Kelly tampil tidak stabil—melakukan pelanggaran yang tak perlu dan hampir membuat timnya rugi besar.
Namun, kekuatan pertahanan tak diimbangi kreativitas di depan. Andrea Cambiaso tak banyak berkontribusi dalam serangan meski sering memegang bola. Kenan Yildiz pun gagal memberikan sentuhan berbahaya sebelum akhirnya digantikan. Francisco Conceicao terlihat berusaha keras, tetapi tak mampu menembus pertahanan Milan yang rapat.
Locatelli dan McKennie, Dua Motor Tenaga Juventus
Manuel Locatelli dan Weston McKennie menjadi figur penting di lini tengah Juventus. Locatelli bermain tenang, menjaga ritme, dan memimpin rekan-rekannya dengan ketenangan khas kapten. Satu-satunya noda hanyalah kartu kuning yang didapatnya di awal babak kedua.
Sementara itu, McKennie tampil seperti mesin. Ia berlari tanpa henti, menekan pemain Milan, dan beberapa kali memutus aliran serangan lawan. Peran keduanya sangat vital, meski pada akhirnya mereka tak mampu memecah kebuntuan.
Tudor jelas punya pekerjaan besar untuk memperbaiki sisi ofensif timnya. Juventus terlihat kuat dan kompak, tetapi kurang ide saat mendekati kotak penalti lawan. Tanpa peningkatan di lini depan, tren hasil imbang bisa berlanjut lebih lama dari yang diinginkan.
Milan Gagal Manfaatkan Momentum
Bagi Milan, hasil ini terasa seperti kehilangan dua poin. Mike Maignan tampil heroik, terutama saat menggagalkan peluang Gatti. Pierre Kalulu juga solid di lini belakang, memastikan gawang Milan tetap aman. Namun, lini depan mereka tak bisa mengonversi peluang menjadi gol.
Christian Pulisic gagal mengeksekusi penalti, sementara Rafael Leao juga tampil di bawah standar, membuang peluang emas yang bisa jadi penentu kemenangan. Meski begitu, permainan kolektif Milan tetap menunjukkan stabilitas dan kedisiplinan yang patut diapresiasi.
Kedua tim sama-sama memperlihatkan mengapa mereka berada di papan atas Serie A—kuat, solid, dan disiplin. Akan tetapi, laga ini juga menegaskan bahwa Juventus dan Milan masih punya masalah serupa: sulit mencetak gol saat tekanan da...