Liputan6.com, Jakarta Hasil imbang tanpa gol melawan AC Milan akhir pekan kemarin memperpanjang paceklik kemenangan Juventus. Bermain di Allianz Stadium, tim asuhan Igor Tudor gagal memanfaatkan dukungan publik sendiri dan tampil tanpa ide jelas di lini depan. Hasil ini menjadi yang kelima secara beruntun di semua ajang, membuat posisi Bianconeri tetap tertahan di peringkat kelima Serie A.
Di tengah tekanan besar untuk segera bangkit, keputusan dan pernyataan Tudor justru memperkeruh suasana. Sang pelatih mengaku tidak mendengar cemoohan suporter karena langsung menuju lorong stadion setelah pertandingan berakhir. Ucapan itu dianggap tidak peka, terlebih setelah Juventus tampil membosankan dan minim peluang di kandang sendiri.
Kritik pun datang dari berbagai arah, termasuk dari jurnalis Italia, Damiano Er Faina, yang menilai Tudor sudah kehilangan arah. Ia bahkan menyarankan pelatih asal Kroasia itu untuk mundur jika benar-benar mencintai Juventus seperti yang sering dikatakannya.
Juventus Lesu dan Kehilangan Daya Ledak
Laga melawan Milan menjadi potret nyata stagnasi permainan Juventus. Hanya satu peluang berbahaya tercipta melalui tendangan jarak dekat Federico Gatti yang ditepis Mike Maignan. Selebihnya, permainan Bianconeri cenderung datar tanpa variasi serangan berarti. Sebaliknya, Milan tampil lebih tajam di paruh akhir laga dengan Christian Pulisic yang gagal mengeksekusi penalti dan Rafael Leao yang menyia-nyiakan dua peluang matang.
Kebijakan taktis Tudor juga menjadi bahan perdebatan. Ia memutuskan menarik keluar Francisco Conceicao di babak kedua—padahal pemain muda asal Portugal itu tampil paling kreatif di lini depan. Keputusan tersebut menimbulkan tanda tanya besar di kalangan suporter dan pengamat. Juventus seperti kehilangan arah dan terlihat enggan mengambil risiko di hadapan pendukungnya sendiri.
Er Faina Desak Tudor Mundur dari Kursi Pelatih
Damiano Er Faina, jurnalis Italia yang kerap bicara blak-blakan, melontarkan kritik tajam terhadap Tudor setelah laga berakhir. Dalam acara Controcalcio via TuttoJuve, ia menilai sang pelatih gagal memberi identitas permainan dan justru membuat Juventus tampil lebih buruk.
“Ini pertandingan di mana sama sekali tidak ada yang terjadi untuk Juventus,” ucap Er Faina. “Ibu saya tertidur di menit ke-30 babak pertama, dan saya iri padanya.”
Ia menilai Tudor seharusnya berani mundur jika benar-benar memiliki rasa cinta pada klub. “Jika Tudor mengaku sebagai penggemar sejati Juventus, ia harus mundur. Ia sedang membuat para penggemar merasakan deja vu dari musim lalu bersama Thiago Motta,” lanjutnya.
Pergantian Pemain yang Terlambat
Er Faina juga menyinggung keputusan terlambatnya pergantian pemain. Ia menilai Dusan Vlahovic dan Loic Openda layak dimainkan lebih awal untuk menggantikan Jonathan David yang tampil di bawah standar.
“Vlahovic masuk ke lapangan seperti binatang buas, dan bahkan Openda sedikit banyak mengubah arah permainan. Akan tetapi, Tudor lebih memilih membiarkan mereka di bangku cadangan dan bertaruh pada David. Bayangkan kalau sampai kebobolan,” ujarnya.
Dengan lima hasil imbang beruntun dan permainan yang makin kehilangan arah, tekanan terhadap Tudor kini berada di puncaknya. Kritik Er Faina seolah menjadi cermin dari kekecewaan banyak penggemar yang menuntut perubahan nyata, bukan sekadar janji dan pembelaan diri dari sang pelatih.
Sumber: TuttoJuve, juvefc.com