
AKTIVIS lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, dilaporkan mengalami kekerasan fisik dan perlakuan tidak manusiawi oleh tentara Israel setelah penangkapan terhadap armada kapal Global Sumud Flotilla (GSF) yang menuju Jalur Gaza.
Sejumlah aktivis yang telah dideportasi dari Israel menyampaikan tuduhan serius mengenai penyiksaan terhadap Thunberg dan peserta flotilla lain.
Kesaksian Langsung dari Peserta Flotilla
Jurnalis Turki dan peserta Armada Gaza Sumud, Ersin Celik, mengaku menyaksikan langsung perlakuan kasar aparat Israel terhadap Thunberg.
Celik menyebut Thunberg diseret ke tanah dan dipaksa mencium bendera Israel oleh tentara Zionis. Kesaksian itu diperkuat oleh aktivis Malaysia Hazwani Helmi dan peserta asal Amerika Serikat, Windfield Beaver.
Keduanya memberikan pernyataan di Bandara Istanbul setelah dideportasi.
Menurut mereka, Thunberg didorong dengan kasar dan dipertontonkan dalam keadaan dibalut bendera Israel.
"Itu bencana. Mereka memperlakukan kami seperti binatang," kata Helmi, seraya menambahkan bahwa para tahanan tidak diberi makanan, air bersih maupun obat-obatan.
Beaver menyatakan Thunberg diperlakukan sangat buruk dan bahkan dijadikan alat propaganda.
Ia mengingat momen saat Thunberg didorong ke sebuah ruangan tak lama sebelum Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir memasuki lokasi tersebut.
Jurnalis Internasional Membenarkan
Jurnalis Italia Lorenzo Agostino, yang turut berada di kapal tersebut, menyampaikan penuturan senada kepada kantor berita Anadolu.
"Greta Thunberg, seorang perempuan pemberani, baru berusia 22 tahun. Ia dihina, dililit dengan bendera Israel, dan dipertontonkan layaknya sebuah trofi," kata Agostino.
Kesaksian mengenai Kondisi Tahanan
Presenter televisi Turki, Ikbal Gurpinar menggambarkan pengalaman yang dialaminya sebagai perlakuan tidak manusiawi.
"Mereka memperlakukan kami seperti anjing," katanya seperti dikutip Al Jazeera, Senin (6/10).
Gurpinar menyebut mereka dibiarkan tanpa makanan selama tiga hari, tidak diberi air layak dan terpaksa meminum air dari toilet.
"Hari itu sangat panas dan kami semua hampir terbakar," tambahnya.
Ia mengatakan pengalaman itu membuatnya memahami lebih dalam kondisi warga Gaza di tengah blokade dan agresi militer.
Aktivis Turki lainnya, Aycin Kantoglu, memberikan kesaksian mengenai kondisi penahanan yang mengerikan.
Ia menggambarkan tembok penjara yang berlumuran darah dan penuh coretan pesan dari para tahanan sebelumnya.
"Kami melihat para ibu menuliskan nama anak-anak mereka di dinding. Kami benar-benar merasakan sedikit dari apa yang dialami warga Palestina," ujarnya.
Korban Sipil di Gaza Terus Bertambah
Menurut data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 67.139 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel. Mayoritas korban merupakan warga sipil, terutama perempuan dan anak-anak.
Klaim penyiksaan terhadap Thunberg dan aktivis kapal bantuan tersebut kini memicu sorotan global terhadap perlakuan Israel terhadap aktivis kemanusiaan dan situasi di Gaza secara keseluruhan. (I-2)