Liputan6.com, Jakarta Inter Milan tampil garang di awal musim Serie A 2025/2026. Kemenangan 4-1 atas Cremonese menjadi bukti nyata bagaimana sentuhan Cristian Chivu mulai mengubah wajah permainan Nerazzurri. Laporan La Gazzetta dello Sport menilai hasil tersebut sebagai tanda paling jelas dari revolusi taktik yang kini tengah berlangsung di Appiano Gentile.
“Inter telah kembali dan kini berbeda,” tulis media Italia tersebut. Gaya bermain lama yang cenderung rumit kini ditinggalkan. Sebagai gantinya, Chivu memilih pendekatan lebih langsung dan agresif, membuat Inter menjadi tim dengan serangan paling tajam di Serie A—mencetak 17 gol hanya dalam enam pertandingan.
Kemenangan atas Cremonese juga menandai tiga laga beruntun tanpa kekalahan di liga. Lebih dari sekadar hasil, performa dominan Inter menegaskan bagaimana perubahan strategi mulai memberi dampak besar. Dengan permainan cepat dan intens, Chivu sukses memaksimalkan potensi para pemain depan yang kini tampil jauh lebih efisien.
Alberto Polverosi dari Corriere dello Sport menggambarkan penampilan Inter sebagai sesuatu yang “mengesankan, luar biasa, bahkan berlebihan.” Ia menilai apa yang dilakukan Chivu sejauh ini adalah bentuk dominasi total—baik secara teknis, taktis, maupun fisik. Namun, sang jurnalis menilai satu hal sebagai pembeda paling nyata dari musim lalu: lini serang yang sepenuhnya diperbarui.
Lini Depan Baru yang Menakutkan
Perombakan sektor depan Inter bukan hanya soal nama baru, melainkan keseimbangan baru. Dua rekrutan musim panas, Ange-Yoan Bonny dan Pio Esposito, dianggap Polverosi sebagai kunci perubahan besar ini. “Dalam hal ini, Chivu harus berterima kasih kepada Ausilio,” tulisnya, merujuk pada peran direktur olahraga Piero Ausilio dalam membangun komposisi baru.
Bonny, yang mengikuti Chivu pindah dari Parma ke Milan, langsung membayar kepercayaan dengan penampilan gemilang—satu gol dan tiga assist di laga kontra Cremonese. “Kemenangan 4-1 itu merupakan bentuk dominasi total – teknis, taktis, dan fisik,” lanjut Polverosi. Performanya menandai kelahiran wajah baru Inter yang lebih tajam dan fleksibel di depan.
Lebih dari itu, kehadiran Bonny dan Esposito membuat beban Lautaro Martinez jauh berkurang. “Lautaro tak lagi harus menguras tenaga menghubungkan lini tengah dan serangan—peran yang dulu ia jalani dengan baik, tetapi membuatnya terlalu jauh dari gawang,” tulis Polverosi. Kini, sang kapten bisa fokus pada insting utamanya: mencetak gol.
Perubahan itu langsung terlihat dari statistik. “Musim lalu setelah tujuh laga, Lautaro baru mencetak tiga gol. Kini ia sudah punya lima,” tulis sang jurnalis. Dengan opsi rotasi antara Bonny, Thuram, dan Esposito, Inter tak lagi bergantung pada satu kombinasi. “Siapa pun yang dimainkan, tak ada titik lemah. Tim seperti ini menakutkan bagi seluruh liga,” tutup Polverosi.
Inter yang Lebih Langsung, Lebih Hidup
Transformasi Inter di bawah Chivu bukan sekadar pergantian pelatih, melainkan perubahan cara berpikir. Dari pola permainan yang dulu rumit menjadi serangan yang lugas dan agresif, Nerazzurri kini tampil lebih berani dan mematikan. Hasilnya terlihat jelas: lebih banyak gol, lebih banyak variasi, dan tim yang tampak menikmati setiap menit di lapangan.
Bagi Chivu, perjalanan masih panjang. Namun, jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Inter yang “baru dan berbeda” ini akan menjadi kekuatan paling mengerikan di Serie A musim ini.
Sumber: La Gazzetta dello Sport, Corriere dello Sport, Sempre Inter