Gaza (ANTARA) - Mediator telah menginformasikan kepada Hamas bahwa perlintasan perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir akan dibuka kembali untuk kedua arah pada pekan depan, kata kelompok tersebut pada Jumat (10/10), setelah dimulainya gencatan senjata dengan Israel.
Sebuah sumber Hamas mengatakan kepada TV Al-Aqsa milik kelompok tersebut bahwa perlintasan itu diperkirakan akan dibuka kembali pada pertengahan pekan depan untuk memungkinkan pergerakan orang masuk dan keluar dari daerah kantong tersebut, meskipun tidak ada rincian yang diberikan mengenai operasi atau siapa yang akan diizinkan melewatinya.
Mediator juga mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan dan pasokan penting, termasuk bahan bakar dan gas, akan mulai masuk ke Gaza secara bebas mulai Sabtu (11/10), kata sumber tersebut, seraya menambahkan bahwa pembicaraan sedang berlangsung untuk memulihkan aliran listrik di wilayah yang berpenduduk lebih dari 2 juta orang itu.
Pengumuman ini muncul setelah militer Israel mengonfirmasi bahwa gencatan senjata dengan Hamas mulai berlaku pada Jumat siang waktu setempat. Militer Israel mengatakan pasukannya telah dikerahkan kembali di sepanjang garis baru sesuai dengan gencatan senjata dan perjanjian pembebasan sandera, sementara pasukan di Israel selatan akan terus merespons setiap ancaman langsung.
Setelah gencatan senjata, sekitar 200.000 warga Palestina kembali ke Gaza utara, kata Mahmud Bassal, juru bicara Badan Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas. Dia mengatakan bahwa para pengungsi mulai bergerak ke utara ketika pasukan Israel mundur dari beberapa area, serta bahwa tim kemanusiaan membantu keluarga-keluarga dan membuka kembali jalan-jalan utama.
Saksi mata melaporkan pergerakan yang padat di sepanjang jalan Al-Rashid dan Salah al-Din ketika ribuan orang berjalan kaki atau berkendara menuju rumah-rumah mereka.
Gencatan senjata ini dilakukan setelah perundingan berhari-hari di Mesir yang mencakup pertukaran tawanan dan rencana untuk membuka kembali penyeberangan perbatasan serta mengizinkan bantuan masuk ke Gaza.
Di bawah perjanjian tersebut, Israel diharapkan menghentikan pertempuran dan menarik diri sebagian dari Jalur Gaza, sementara Hamas akan membebaskan semua sandera yang tersisa dengan imbalan pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina.
Dua tahun operasi militer Israel telah menyebabkan sebagian besar wilayah Gaza hancur, menewaskan lebih dari 67.000 orang, serta menyebabkan kekurangan makanan dan kebutuhan dasar, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.