Liputan6.com, Jakarta Manchester United tengah menjalani awal musim yang jauh dari kata meyakinkan. Dalam enam laga pertama Liga Inggris 2025/2026, Setan Merah sudah menelan tiga kekalahan yang membuat posisi mereka merosot ke papan tengah. Kekalahan terakhir dari Brentford di Old Trafford memicu semakin derasnya kritik kepada Ruben Amorim.
Hasil tersebut membuat posisi Amorim mulai dipertanyakan. Sejumlah media Inggris menyebut ia berada di bawah tekanan besar, mengingat standar tinggi yang selalu melekat pada kursi pelatih MU. Para suporter pun mulai menunjukkan kekecewaan, terutama melihat performa tim yang inkonsisten sejak musim lalu.
Meski begitu, Amorim tampak mencoba tenang dalam menghadapi situasi. Ia sadar kritik tidak akan berhenti mengalir, apalagi ketika hasil di lapangan tidak sesuai harapan. Baginya, tekanan adalah bagian yang tidak bisa dihindari dalam dunia kepelatihan di klub besar.
Kini, ujian berat kembali menanti Amorim. Manchester United akan menghadapi Sunderland di pekan ketujuh Liga Inggris, laga yang disebut-sebut sebagai salah satu penentu masa depannya di Old Trafford.
Amorim Tak Peduli Media dan Sosial Media
Ruben Amorim menegaskan bahwa dirinya tidak pernah punya waktu untuk memperhatikan komentar dari luar. Baik kritik media maupun omongan publik di sosial media, tidak ia biarkan masuk ke pikirannya. Ia lebih fokus pada tugasnya di lapangan bersama para pemain.
Menurutnya, membaca semua pemberitaan dan mendengar semua pendapat orang bukanlah hal yang mungkin dilakukan. Amorim justru memilih menganalisis pertandingan timnya sendiri dan memantau performa secara langsung. Dengan begitu, ia merasa bisa mendapatkan gambaran yang lebih objektif.
"Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa membaca segalanya dan mendengarkan segalanya. Saya mencoba menonton semua pertandingan karena saya tahu saya menonton pertandingan lebih sering daripada semua orang itu secara keseluruhan karena mereka harus menonton setiap pertandingan," ucapnya kepada Sky Sports.
"Saya menjalani pekerjaan saya seperti itu. Mustahil untuk bertahan dalam pekerjaan ini dengan mendengarkan semua hal," sambung Amorim.
Hidup Lebih Tenang di Inggris Dibanding Portugal
Amorim juga membandingkan pengalaman yang ia dapatkan di Inggris dengan masa-masanya di Portugal. Ia menyebut bahwa tekanan media di tanah kelahirannya jauh lebih keras dan bahkan kerap disertai pelecehan. Situasi itu membuat dirinya dan keluarga merasa lebih nyaman tinggal di Inggris.
Menurut Amorim, media di Inggris memang kritis, namun tetap menjaga batasan. Bahkan ketika Manchester United kalah, ia merasa perlakuan yang diterimanya masih dalam taraf wajar. Hal ini berbeda jauh dengan apa yang ia alami saat menangani klub di Portugal.
Amorim pun tidak menutupinya saat berbicara pada media Inggris. Ia menilai ada perbedaan besar dalam hal cara publik memperlakukan pelatih. "Keluarga saya, kami senang tinggal di Inggris, kalian tidak tahu apa itu pelecehan dibandingkan di negara saya. Kalian sangat sopan ketika kami kalah," ungkap Amorim.
(Sky Sports)