Liputan6.com, Jakarta Kekalahan 1-3 dari Brentford membuat tekanan terhadap Ruben Amorim semakin besar. Manajer Manchester United itu kini berada di ujung tanduk.
United sudah tertinggal dua gol hanya dalam waktu 20 menit lewat dua sepakan Igor Thiago. Benjamin Sesko sempat memberi harapan dengan gol perdananya.
Kesempatan emas untuk menyamakan kedudukan datang lewat penalti Bruno Fernandes. Namun, eksekusinya dimentahkan kiper Caoimhin Kelleher.
Harapan pun benar-benar pupus setelah Mathias Jensen mencetak gol ketiga Brentford di masa injury time. Para suporter pun semakin frustrasi dengan performa tim.
Situasi ini membuat manajemen Manchester United disebut perlu mengambil keputusan tegas. Ada tiga alasan kuat mengapa Amorim harus segera dilepas.
1. Hasil yang Mengecewakan
Amorim memulai kiprahnya di Manchester United dengan hasil yang kurang memuaskan. Tim ini finis di peringkat 15 dan mencatatkan poin terendah sepanjang sejarah mereka di Premier League musim lalu.
Dalam 33 laga Premier League yang ditangani Amorim, United hanya menang sembilan kali, imbang tujuh kali, dan kalah 17 kali. Mereka mencetak 39 gol namun kebobolan 53 gol, sehingga selisih golnya minus 14.
Rekor kemenangan Amorim hanya 27,2%, sementara tingkat kekalahan mencapai 51,5%. Dengan begitu, ia hanya mengumpulkan 34 poin dari 99 kemungkinan, atau rata-rata 1,03 poin per laga.
Hasil ini membuat catatan Amorim lebih buruk dibanding manajer lain seperti Paul Lambert, Gareth Southgate, hingga Chris Hughton. Bahkan dibanding manajer United sebelumnya seperti Jose Mourinho, Louis van Gaal, dan Erik ten Hag, PPG (points per game) Amorim tetap lebih rendah.
2. Formasi dan Pilihan Pemain
Kekalahan Manchester United dari Brentford kembali menimbulkan pertanyaan soal formasi 3-4-2-1 yang dipertahankan Amorim. Banyak pemain tampak kesulitan menyesuaikan diri dengan sistem ini, sementara suporter juga ragu karena United biasanya bermain dengan formasi 4-4-2 atau 4-4-3.
Salah satu masalah utama formasi 3-4-2-1 adalah dua gelandang bertahan sering kalah jumlah. Brentford memanfaatkan hal ini dengan menurunkan tiga gelandang melawan United.
Pilihan pemain Amorim juga jadi sorotan, terutama dengan tetap menurunkan Altay Bayindir di bawah mistar. Padahal performanya kurang meyakinkan dan Senne Lammens baru saja bergabung pada hari terakhir bursa transfer.
Di lini tengah, Kobbie Mainoo yang bersinar di era Erik ten Hag kini hanya menjadi pemain cadangan. Ia baru memulai satu laga di musim 2025/2026 dan tampil empat kali sebagai pengganti, sehingga minat klub lain seperti Manchester City, Chelsea, dan Newcastle bisa membuatnya hengkang.
3. Kesulitan Maksimalkan Potensi Pemain United
Selain masalah formasi, Amorim juga dikritik karena belum bisa mengeluarkan kemampuan terbaik para pemainnya. Bruno Fernandes, yang dianggap sebagai salah satu gelandang no.10 terbaik dunia, dipasang di posisi gelandang bertahan pada setiap laga musim ini.
Akibatnya, Fernandes kesulitan menampilkan performa terbaiknya, termasuk kegagalan penalti di kandang Brentford. Laga itu memperlihatkan statistik buruk sang kapten, seperti hanya satu sentuhan di kotak penalti lawan dan tingkat akurasi operan 78%.
Manchester United mendukung Amorim di bursa transfer dengan mengeluarkan 200 juta pound untuk memperkuat lini depan. Mereka mendatangkan Bryan Mbeumo, Benjamin Sesko, dan Matheus Cunha untuk membangun trisula penyerang baru.
Trio ini sempat menunjukkan kilasan kualitasnya di laga debut bersama, tetapi baru mencatat dua kontribusi gol langsung dalam enam laga Premier League awal. Padahal, pada periode yang sama musim lalu, Mbeumo sudah mencetak lima gol, Cunha dua gol, dan Sesko dua gol plus dua assist.
Sumber: Team Talk