Liputan6.com, Jakarta - Kebahagiaan yang sempat dirasakan Hana dan Tian tak bertahan lama. Semuanya mulai runtuh ketika Misa dan Vano menyebarkan foto dan video yang direkayasa—menampilkan Hana dan Nathan seolah-olah tengah bermesraan. Fitnah itu cepat menyebar, dan Tian yang diliputi emosi langsung meledak.
Amarahnya membutakan logika. Dengan kata-kata kasar dan sikap penuh emosi, Tian meluapkan kemarahannya pada Hana. Ia tak memberi kesempatan Hana menjelaskan apa pun. Saat emosinya reda dan ia sadar atas apa yang telah ia perbuat, rasa penyesalan datang menghantam. Tian merasa dirinya adalah monster—seorang suami yang malah menyakiti perempuan yang ia cintai.
Tak kuat menanggung rasa bersalah, Tian memutuskan pergi. Hana mencoba mengejarnya, memohon agar ia tak meninggalkan rumah. Namun Tian tetap pergi, meninggalkan Hana yang jatuh terpuruk dalam tangis pilu. Dari kejauhan, Ira menyaksikan semuanya dengan kepuasan tersembunyi. Rencananya untuk memecah belah rumah tangga Hana dan Tian mulai menunjukkan hasil.
Tian, yang tak tahu harus ke mana, akhirnya datang ke rumah Jihan. Wajahnya kusut, jiwanya kacau. Ia mengaku telah menyakiti Hana dan merasa tak pantas menjadi seorang suami. Di tengah perbincangan itu, sakit kepalanya kambuh. Tubuhnya goyah, dan ia pun pingsan di pelukan Jihan. Jihan panik dan langsung meminta bantuan.
Kabar Tian yang jatuh pingsan sampai juga ke telinga Hana. Tanpa berpikir panjang, ia bersiap menuju rumah Jihan. Ira yang mendengar kabar itu mencoba menghentikannya dengan pura-pura sakit, berharap Hana tetap tinggal. Tapi Hana tak menggubris—ia tetap pergi, membuat Ira marah besar. Dalam hatinya, Ira menyimpan niat gelap: jika Hana tak bisa dijauhkan, maka Tian harus disingkirkan lebih cepat.
Ketika akhirnya sadar, Tian kembali meluapkan isi hatinya pada Jihan. “Aku ini monster, Jihan... Aku nggak bisa kendalikan emosiku. Aku malah menyakiti Hana…” ucapnya dengan suara penuh beban.
Saat Hana tiba di sana dan mencoba mendekat, Tian justru histeris. Ia memohon agar Hana tidak mendekatinya. “Jangan deket-deket aku! Aku takut aku nyakitin kamu lagi!”
Hana menangis, memohon agar Tian berhenti menyalahkan diri sendiri. Tapi Tian tak bisa. Ia merasa dirinya terlalu hancur untuk dicintai.