Liputan6.com, Jakarta Penampilan duo Ipang Lazuardi dan Didit Saad dalam format Seperti Plastik seolah jadi mesin waktu yang membawa penonton Synchronize Fest 2025 kembali ke era 90-an. Panggung Forest Stage pada Jumat (3/10/2025) malam menjadi saksi kembalinya salah satu ikon musik rock alternatif Indonesia setelah sekian lama vakum, menyuguhkan nostalgia pekat sekaligus sinyal regenerasi yang manis.
Atmosfer kerinduan begitu terasa sesaat sebelum Ipang Lazuardi dan Didit naik panggung pada pukul 18.15 WIB. Para penggemar yang didominasi generasi 90-an tampak tak sabar menantikan kembalinya duo musisi yang dulu mengibarkan bendera band Plastik.
Begitu intro lagu pertama mengalun, penonton seolah tersedot ke dalam lorong waktu, kembali ke masa di mana musik grunge dan rock alternatif merajai kancah musik Tanah Air. Energi Ipang yang meledak-ledak dan cabikan gitar Didit yang khas membuktikan bahwa pesona mereka sama sekali belum luntur.
"Gue dan Bapak Didit Saad, agak sedikit mencoba mundur mungkin 30 tahun yang lalu. Ada remaja yang nggak jelas kayaknya sih, apa yang ada di pikirannya diajakin ngapain aja mau soalnya. Iya," ujar Ipang di sela-sela aksinya.
Indonesia Journey sebagai holding BUMN Industri Aviasi dan Pariwisata akan menggelar konser musik pertama di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada malam pergantian tahun. Acara ini merupakan salah satu strategi in journey menjadikan kawasan Marina L...
Obati Kerinduan Penggemar Lawas
Lagu-lagu andalan seperti "Statis," "Seperti," hingga "Rahasia" dibawakan dengan aransemen yang lebih segar namun tetap mempertahankan ruh aslinya. Penonton pun tak kuasa menahan diri untuk ikut bernyanyi bersama, menciptakan koor massal yang menggema di area Forest Stage.
Band Plastik, yang beranggoyakan Ipang, Didit Saad, Aray Daulay, Alexander Iman Wirasakti, dan Alex Kuple, diketahui aktif dari tahun 1991 hingga membubarkan diri pada tahun 2000. Setelah bubar, para personel memilih menempuh jalan musik masing-masing.
Ipang sempat bersolo karier sebelum akhirnya bergabung dengan band BIP pada 2004. Sementara Didit Saad aktif sebagai produser dan terlibat dalam berbagai proyek musik, termasuk dengan Syaharani dan membentuk band Evo.
Kini, kembalinya mereka dalam format duo menjadi momen reuni yang emosional. Ipang tak lupa berterima kasih kepada Syncrhonize Fest 2025 yang telah memberi kesempatan mereka untuk tampil.
"Gue mesti thank you dulu buat Synchronize Festival. Sebagai band baru kami sangat terhormat bisa ada di, jangan ketawa ini band baru Seperti Plastik, kalo Plastik udah lama, kalau ini kan seperti itu," kata Ipang disambut tawa hangat penonton.
Grup Vokal BPOT: Bakti Pada Orang Tua
Kejutan tidak berhenti sampai di situ. Penampilan Seperti Plastik terasa lebih istimewa dengan kehadiran generasi penerus mereka. Ipang dan Didit memboyong anak-anak mereka untuk naik ke atas panggung sebagai penyanyi latar.
Penyanyi berambut gimbal itu kemudian mengenalkan "kelompok vokal" barunya yang ia sebut sebagai BPOT atau Bakti Pada Orang Tua. Grup vokal ini terdiri dari anak-anak mereka, yaitu Mayo, Leko, Lafi, dan Kadiva, yang memberikan warna baru dalam pertunjukan malam itu.
"Dan panggung ini besar sekali. Makanya dengan satu kesempatan yang sangat hebat ini kami membawa, apa bahasanya, jangan anak, kalo anak kayaknya tua banget, cabang, cabang dua, cabang kedua dan ternyata kita udah cabang ketiga ya, berarti udah ada, udah ada cucu," canda Ipang, menggambarkan betapa waktu telah berlalu.
Warisan Musik
Momen ini bukan hanya sekadar ajang reuni bagi para penggemar lawas, tetapi juga menjadi sebuah panggung keluarga. Ipang dan Didit seolah ingin menunjukkan secara langsung kepada anak-anak mereka warisan musik yang telah mereka bangun sejak puluhan tahun lalu.
"Gue mungkin bisa atau sering, gue Didit Saad sering cerita ke anak-anak tentang kejadian di tahun 90-an, tapi biar konkretnya mereka harus merasakan apa yang terjadi ketika Jakarta 1998," pungkas Ipang.