
Dalam rangka memperingati Pekan Surat Menyurat Internasional yang berlangsung setiap Oktober dan World Post Day sebagai puncaknya yang jatuh pada 9 Oktober, Kementerian Kebudayaan bekerja sama dengan Perkumpulan Filateli Indonesia (PFI) dan PT POS Indonesia menggelar Lomba Menulis Surat Tingkat Nasional 2025.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, mengatakan bahwa kegiatan ini erat kaitannya dengan literasi. Menurutnya, saat ini surat menyurat telah menjadi kegiatan langka, nyaris punah karena hampir tidak ada lagi orang yang melakukan surat menyurat.
“Semua pakai media pengiriman pesan secara online. Jadi ini bisa sebagai bentuk nostalgia, tapi di balik budaya menulis surat, banyak yang bisa dikembangkan karena kita dilatih skil untuk menulis surat. Untuk generasi baby boomer memang kita diajari menulis, bahkan menulis halus. Jadi tulisan kita harus bagus dan dinilai oleh guru kita. Tapi menulis bukan hanya menyampaikan pesan tapi juga ekspresikan imajinasi. Ini berkaitan dengan struktur berpikir dan cara berpikir juga menstrukturkan cara berpikir dan imajinasi dalam berbagai bentuk ekspresi,” ungkapnya dalam acara Taklimat Media di Kantor Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Jumat (3/10).
Lebih lanjut, Oktober juga dikatakan berkaitan dengan Bulan Bahasa. Pada November juga akan diperingati Hari Pahlawan sehingga banyak peristiwa penting dari tahun ini dan lomba ini sangat penting terutama bagaimana menstimulasi generasi muda.
“Sejak 1969 pada Oktober ini perhimpunan pos sedunia di mana Indonesia jadi salah satu anggotanya merayakan Hari Pos Sedunia. Jadi saya kira memang kegiatan lomba ini akan sangat baik sekali terkait perayaan banyak hal,” ujar Fadli Zon.
Dunia filateli, menurut Fadli Zon, sebenarnya masih hidup di hampir seluruh negara. Filateli sendiri merupakan hobi dan studi mengenai prangko serta benda-benda pos lainnya, seperti sampul surat, kartu pos, dan dokumen pos lainnya.
“Bahkan kartu pos masih jadi oleh-oleh di berbagai negara. Kalau kita datang ke Markas Besar PBB itu akan ditemui juga kantor pos di sana. Kantor pos PBB juga masih aktif mencetak kartu pos dan benda filateli lainnya. Budaya material ini masih hidup dan ada dan ini penting untuk kita jaga dan perkenalkan pada generasi muda yang tidak terbiasa menulis surat. Apalagi temanya yaitu tema kepahlawanan. Ini juga untuk mendorong mereka paling tidak membaca mengenai tokoh pahlawan yang memberikan inspirasi dan menumbuhkan nilai kepahlawanan di generasi muda,” tuturnya.
Dia berharap lomba ini mampu menjadi tolok ukur dan mengekspresikan imajinasi, harapan, keinginan dan ucapan terima kasih pada pahlawan yang telah berjuang bagi bangsa.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia, Rachmat Asaad Hamid, menegaskan bahwa acara ini dapat dijadikan momentum untuk mendorong kebiasaan menulis surat.
“Kita mau menghidupkan lagi terutama bagi generasi muda. Semoga lomba ini akan menghasilkan karya yang baik. Bahkan biasanya kami mengadakan lomba menulis surat, penulisnya kita ikutkan dalam lomba tingkat dunia,” jelas Rachmat.
Lomba Menulis Surat Tingkat Nasional 2025 diselenggarakan untuk merawat budaya menulis surat sebagai bagian dari peradaban, sekaligus mendorong generasi muda agar terbiasa menyalurkan pikiran, perasaan, dan harapannya secara tertulis melalui media surat.
Tahun ini, lomba mengusung tema Surat untuk l Pahlawanku. Peserta lomba terbuka bagi pelajar tingkat SLTP/sederajat, SLTA/sederajat, serta mahasiswa strata 1 yang akan berlangsung pada 3 Oktober sampai 3 November 2025. Pemenang lomba direncanakan akan diumumkan pada 15 November 2025.
Sebagai salah satu persyaratan lomba adalah karya surat ditulis tangan/handwriting menggunakan pena bertinta hitam/biru pada selembar kertas putih, berbahasa Indonesia, dan merupakan karya asli yang belum pernah dipublikasikan. Karya surat dikirim mengggunakan pos dengan memanfaatkan prangko yang cukup dan masih berlaku.
Kementerian Kebudayaan memandang penting untuk memelihara bahkan mengembangkan kegiatan surat-menyurat ini, terutama dalam rangka memajukan literasi Indonesia.
Melalui kegiatan ini, Kementerian Kebudayaan berharap tradisi menulis surat tetap hidup di tengah perkembangan teknologi digital, serta menjadi ruang kreatif bagi generasi muda untuk menyampaikan pesan penuh makna kepada para pahlawan bangsa. (H-1)