
MENANGGAPI pemberitaan sejumlah media terkait kasus hukum eFishery atau PT Multidaya Teknologi Nusantara (PT MTN) yang sedang berjalan, Andri Yadi menyampaikan klarifikasi resmi mengenai posisinya dalam perusahaan serta transaksi yang disebutkan dalam pemberitaan.
Andri Yadi menegaskan bahwa hingga saat ini perkara yang menyeret namanya masih berada pada tahap penyidikan di Bareskrim Polri dan belum ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Karena itu, asas praduga tak bersalah sepatutnya dijunjung tinggi dalam setiap pemberitaan.
“Pernyataan saya ini bukan untuk membela diri di pengadilan, melainkan semata-mata sebagai koreksi fakta agar publik mendapat informasi yang berimbang,” tutur Andri Yadi dalam siaran pers yang disampaikan melalui tim penasihat hukumnya.
Andri menjelaskan bahwa dirinya bukan merupakan bagian dari Direksi eFishery. Dia secara resmi menjabat sebagai Vice President (VP) of Product AIoT sepanjang tahun 2023. Seiring restrukturisasi organisasi, jabatannya berubah menjadi VP of Product AIoT & Cultivation sejak 2 Januari 2024 hingga 16 September 2024, lalu menjadi VP of Product AIoT & Culti-Finance hingga 23 Juli 2025. Semua posisi tersebut berada di Direktorat Product di bawah Direktur Produk atau sering disebut sebagai Chief Product Officer (CPO) yang saat itu dijabat oleh Chrisna Aditya Wardani. Jabatan VP bukan organ perseroan dan tidak tercantum dalam Akta/Anggaran Dasar perusahaan.
Andri menegaskan bahwa dirinya bergabung ke eFishery karena perusahaan yang ia dirikan, DycodeX, diakuisisi. Dengan kata lain, posisinya di eFishery merupakan konsekuensi dari kesepakatan akuisisi tersebut, bukan karena inisiatif pribadi untuk mengejar jabatan atau kewenangan di perusahaan.
“Jabatan ini tidak memiliki kewenangan melakukan pembayaran atau memutuskan investasi. Fokus saya sepenuhnya ada pada pengembangan produk teknologi, khususnya Internet of Things dan Artificial Intelligence di eFishery sesuai semangat pembelian DycodeX, bukan pembiayaan,” ujar Andri.
Sebagai VP yang berada di bawah Direktorat Product, peran Andri terbatas pada riset dan pengembangan produk teknologi budidaya akuakultur, seperti eFeeder, sistem pemantauan kualitas air (Katara), pengolahan citra satelit berbasis AI, konsultasi budidaya berbasis Generative AI/LLM, dan solusi Aquaculture Intelligence.
Andri tidak berkewenangan untuk menjalankan operasi pembiayaan (underwriting, penyaluran, maupun collections). Semua fungsi itu berada di bawah divisi terpisah di luar Direktorat Product.
Proses Akuisisi ke Acqui-hire
DycodeX bergabung dengan eFishery melalui proses akuisisi dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang ditandatangani pada November 2022 senilai Rp15 miliar dengan skema dua termin pembayaran. Termin pertama telah dibayarkan sebesar Rp10 miliar pada bulan Desember, tahun 2022.
Namun, sebelum pelunasan pembayaran, atas permintaan pembeli (eFishery/PT MTN), skema itu dialihkan menjadi acqui-hire (mengambil alih talenta tim dan teknologi DycodeX secara resmi) melalui mekanisme Service Agreement. Peralihan ini sudah mendapat persetujuan Dewan Komisaris eFishery dan efektif 29 Desember 2023.
Andri menegaskan posisinya dalam transaksi ini hanya sebagai perwakilan pihak yang di-acqui-hire (penjual), sehingga dia tidak memiliki akses ataupun kepentingan mengetahui sumber pendanaan internal eFishery. Jabatan VP of Product AIoT & Culti-Finance di eFishery baru dijalankan setelah proses acqui-hire selesai, dan dia tidak memiliki kewenangan untuk menginstruksikan, menyetujui, maupun mencairkan pembayaran transaksi.
Sebagai pihak penjual, Andri Yadi hanya mengikuti permintaan dan prosedur yang sudah disiapkan pembeli, tanpa keterlibatan dalam perencanaan maupun pengaturan skema. Tidak ada aliran dana di luar kontrak, tidak ada cashback, dan tidak ada keuntungan tambahan yang diperoleh Andri. Total nilai yang diterima pihak penjual tetap Rp15 miliar, sesuai kesepakatan jual beli awal, hanya mekanisme pencairannya yang berubah bentuk dari PPJB ke Service Agreement.
Selama Andri bergabung dengan eFishery, produk unggulan yang dikembangkan seperti eFeeder mencatat lompatan signifikan melalui peluncuran eFeeder 5, sebagai generasi terbaru yang sudah berbasis AIoT. Andri memimpin perluasan implementasinya hingga menjangkau hampir seluruh kolam dan tambak pengguna, mempertahankan retention rate hingga 92%, serta mendorong peningkatan efisiensi budidaya ikan dan udang hingga 30%.
Kemampuan produk dan dampaknya diakui luas hingga meraih Medali Perak kategori Digital Innovation ASEAN Digital Awards 2025 di Bangkok dan predikat Penyedia Platform Solusi Pintar IoT Terbaik dalam AIoT Smart Solution Initiative 2024 dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. Rangkaian pencapaian ini menegaskan keberhasilan eFeeder sebagai inovasi AIoT yang membawa dampak nyata bagi sektor akuakultur.
Sebelum bergabung dengan eFishery, Andri Yadi adalah Founder PT DycodeX Teknologi Nusantara (DycodeX), perusahaan rintisan teknologi asal Bandung dengan fokus mengembangkan produk dan solusi berbasis Artificial Intelligence dan Internet of Things (AIoT) yang telah meraih berbagai penghargaan nasional dan internasional. Beberapa penghargaan tersebut di antaranya sebagai Indonesia's Winner of Google Demo Day Asia 2018 di Shanghai, juara Intel Indonesia's OpenVINO Challenge 2019, dan Startup4Industry 2020 dari Kementerian Perindustrian RI untuk kategori Pandemic New Normal.
Secara pribadi, Andri Yadi dianugerahi penghargaan Microsoft Most Valuable Professional (MVP) selama lebih dari 18 tahun berturut-turut sampai sekarang. Sebuah pencapaian bergengsi tingkat global yang hanya diberikan kepada profesional dengan kontribusi luar biasa di ranah teknologi dan komunitas.
Prof. Dr. Otto Cornelis Kaligis, S.H., M.H., selaku kuasa hukum Andri Yadi, menyatakan bahwa “Klien kami menghormati proses hukum yang berlaku. Namun, penting untuk memahami posisi dan kewenangan jabatan beliau secara proporsional agar tidak terjadi kesalahpahaman maupun pencampuran fakta.”(H-2)